Tahun 210 SM, Qin Shi Huang meninggal dalam suatu perjalanan…
Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (38 – 难容水火/Tidak Serasi)
Pada episode yang lalu, kita telah menjelaskan relasi antara Liu Shan dan Zhuge Liang. Di episode ini, kita akan melihat bagaimana Zhuge Liang membereskan relasinya dengan sesama rekan kerja. Di antara sekian banyak rekan kerjanya, yang paling penting adalah Li Yan. Mengapa? Karena ia sama-sama menerima wasiat dari Liu Bei. Sejarah jelas mencatat Liu Bei menitipkan putranya kepada dua orang (orang pertama adalah Zhuge Liang, dan orang kedua sebagai wakilnya adalah Li Yan). Kita melihat kemiripan peristiwa ini dengan wasiat Sun Ce sebelum meninggal. Struktur antara Zhuge Liang dan Li Yan, mirip dengan struktur Zhang Zhao dan Zhou Yu di Wu. Zhuge Liang dan Zhang Zhao mengurusi administrasi pemerintahan, sedangkan Li Yan dan Zhou Yu mengurusi militer. Di sini kita melihat bahwa Li Yan diharapkan dapat berperan seperti Zhou Yu di Wu. Bukankah ini posisi yang sangat penting?
Pertanyaannya, apakah Li Yan berhasil berperan seperti Zhou Yu?
Jawabannya, tidak.
Bukan hanya tidak berhasil, bahkan delapan tahun setelah Liu Bei memberikan wasiat, Li Yan harus dipensiunkan dan diturunkan derajatnya menjadi rakyat jelata.
Maka di sini kita merasa sangat heran. Dan memang ini merupakan kasus yang paling mencurigakan dalam sejarah negara Shu.
Tahun 231, Zhuge Liang melancarkan empat kali ekspedisi menyerang Wei. Li Yan ditugaskan mengoordinir pasokan makanan. Li Yan ketika itu tiba di Chengdu, dan menerima perintah untuk mengatur pengiriman makanan kepada pasukan. Namun saat musim panas tiba, hujan deras turun bertubi-tubi, pasokan makanan tidak dapat mengalir dengan lancar ke garis depan. Li Yan mengirim orang untuk melaporkan hal ini kepada Zhuge Liang. Zhuge Liang memutuskan untuk memundurkan pasukan. Ketika pasukan kembali ke Chengdu, Li Yan dengan sengaja menampilkan tampang terperanjat, mempertanyakan keputusan Zhuge Liang tersebut. Lalu ia mengirim surat kepada Liu Shan, mengatakan bahwa Zhuge Liang berpura-pura mundur. Saat Zhuge Liang mengetahui hal ini, ia membeberkan semua surat yang pernah dikirim oleh Li Yan kepadanya. Li Yan tak bisa mengelak, terpaksa mengakui kesalahannya. Akhirnya Li Yan dipecat dan diturunkan derajatnya menjadi rakyat jelata. Maka karier Li Yan di Shu sangatlah pendek, sehingga banyak orang tak tahu Li Yan. Padahal Li Yan sebenarnya adalah orang yang sangat penting. Di rangkaian peristiwa ini, ada hal-hal yang mencurigakan. Mengapa?
(1) Motivasi Li Yan melakukan kesalahan tidak jelas
Mengapa Li Yan bisa melakukan kesalahan sedemikian rupa? Catatan San Guo Zhi mengatakan Li Yan ingin menutupi ketidakmampuannya mengirim makanan, sehingga menimpakan tanggung jawab kepada orang lain. Namun ada kontradiksi antara laporan Li Yan kepada Liu Shan yang mengatakan bahwa Zhuge Liang berpura-pura mundur, dengan “menimpakan tanggung jawab kepada Zhuge Liang”. Bila memang maksud Li Yan adalah Zhuge Liang telah melakukan kesalahan dengan memundurkan pasukan, padahal pasokan makanan masih ada, maka Li Yan seharusnya tidak berkata Zhuge Liang “pura-pura mundur” kepada Liu Shan.
(2) Cara Li Yan menutupi kesalahan terkesan aneh
Dengan kontradiksi seperti itu, terasa aneh bila Li Yan memilih menggunakan cara ini untuk menutupi kesalahannya, dan untuk menimpakan kesalahan kepada Zhuge Liang. Bila Li Yan memang ingin mencelakakan Zhuge Liang, seharusnya ia tidak menuliskan semuanya dan menampakkan bukti nyata. Ia seharusnya menggunakan cara lisan. Masa orang sekelas Li Yan tidak memperkirakan bahwa Zhuge Liang dapat menunjukkan bukti-bukti surat yang ia tulis?
(3) Catatan peristiwa yang sepihak
Kita tidak menemukan catatan sejarah yang mencatat perkataan dari sisi Li Yan sendiri. Sehingga prof. Tian Yuqing dari Peking University pernah berkomentar bahwa kasus ini sangat diragukan kebenarannya. Ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya. Prof. Yi berpendapat bahwa pandangan prof. Tian ini logis. Apalagi politik Tiongkok kuno memang penuh dengan intrik tersembunyi. Hal yang diungkapkan keluar, sering kali bukanlah hal yang sebenarnya terjadi.
Sekarang kita pun tak dapat mengetahui ada apa sebenarnya di balik ini semua. Dan ini juga bukan hal yang terlalu penting. Sebab Li Yan sendiri tidak membela diri, dan menurut prof. Yi, apa yang dilakukan Zhuge Liang bukan dilakukan seorang diri, tetapi kolektif, yaitu dua puluhan pejabat bersama-sama mengajukan permohonan untuk memecat Li Yan. Di antaranya ada Wei Yan, Yang Yi, Deng Zhi, Liu Ba, Fei Yi, Jiang Wei. Mereka memiliki aliran politik yang berbeda-beda, namun bisa sehati mengajukan pemecatan Li Yan. Dari sini kita melihat bahwa memang Li Yan telah melakukan kesalahan.
Tiga tahun setelah Li Yan dipecat, Zhuge Liang meninggal. Saat mendengar berita meninggalnya Zhuge Liang, Li Yan jatuh sakit dan meninggal pula.
Bila melihat kembali jejak karier Li Yan, maka kita mendapati bahwa sejak ia diberi kepercayaan wasiat oleh Liu Bei, hingga ia dipecat, karier Li Yan terus menanjak pesat. Tetapi sebenarnya jika dibandingkan dengan Zhuge Liang, ia jauh lebih rendah.
Setelah Liu Bei meninggal, Zhuge Liang kembali ke Chengdu dan mengatur segala aspek pemerintahan. Sedangkan Li Yan tetap di Yong’an dan jauh dari pemerintah pusat. Apa akibatnya? Zhuge Liang lah yang membuat keputusan untuk semua aspek pemerintahan. Li Yan tak punya kesempatan untuk berkontribusi. Li Yan semakin lama semakin dilupakan oleh pusat pemerintahan.
Zhuge Liang sebagai perdana menteri juga menjabat sebagai gubernur Yizhou. Sedangkan Li Yan dengan status sebagai jenderal utama pernah mengajukan diri menjadi gubernur namun ditolak. Zhuge Liang mempunyai kantor sendiri, sedangkan Li Yan tidak.
Sehingga menanjaknya karier Li Yan sebenarnya hanya permukaan saja, tetapi di baliknya tidak demikian.
Zhuge Liang ketika hendak melancarkan ekspedisi ke utara, ia meminta Li Yan mengirim pasukan, namun Li Yan tidak mengindahkannya. Tidak hanya itu, Li Yan malah mengajukan diri untuk diangkat menjadi pemimpin Bazhou. Permintaan ini ditolak.
Saat Zhuge Liang hendak melancarkan ekspedisi ke barat ke Hanzhong, Li Yan sekali lagi diminta mengirim pasukan, dan sekali lagi Li Yan tidak mengindahkan. Ia meminta kantor pemerintahan sendiri. Ia melihat di Wei, Chen Qun dan Sima Yi semua memiliki kantor pemerintahan sendiri. Permintaan ini sekali lagi ditolak.
Zhuge Liang di sini sedikit mengalah. Ia mengundang Li Yan datang ke Chengdu, dan memberikan Jiangzhou kepada putra Li Yan yang bernama Li Feng.
Demikianlah relasi antara Zhuge Liang dan Li Yan. Bagaimana menanggapi relasi seperti ini? Para ahli memiliki penilaian yang berbeda-beda. Satu macam pandangan yang ada adalah mengkritik Li Yan. Dari kenyataan di atas, Li Yan dipandang sebagai orang yang egois, tidak mementingkan negara. Sebaliknya pandangan ini memuji Zhuge Liang sebagai orang yang mementingkan negara. Sementara itu, ada pandangan yang membela Li Yan. Pandangan semacam ini menganggap Li Yan bukan serakah mengejar ambisi pribadi, melainkan hanyalah memperjuangkan hak yang sah yang seharusnya ia dapatkan. Mengapa? Bukankah Li Yan juga dipanggil menerima wasiat dari Liu Bei? Sehingga kedudukannya dengan Zhuge Liang seharusnya setara. Pandangan ini juga mengkritik Zhuge Liang sebagai orang yang mempermainkan kekuasaan.
Maka dari satu kenyataan sejarah yang sama, terdapat dua kesimpulan yang bertolak belakang. Ini sangat menarik.
Lalu bagaimana mencari titik temunya?
Kita perlu kembali ke momen ketika Liu Bei menitipkan putranya. Mengapa Liu Bei waktu itu harus mengatur Zhuge Liang sebagai orang pertama dan Li Yan sebagai orang kedua? Prof. Yi setuju dengan pendapat Mr. Tian Yuqing, bahwa Liu Bei menitipkan putra merupakan sebuah peristiwa yang penuh dengan pertimbangan jauh ke depan. Kita perlu memahami terlebih dahulu keistimewaan dari negara Shu. Apa itu? Daerah Yizhou sejak awal memiliki dua kekuatan. Kekuatan pertama adalah para pejabat yang adalah orang Yizhou. Kekuatan kedua adalah kelompok keluarga besar di Yizhou. Dua kekuatan ini membentuk kekuatan lokal di Yizhou. Selain itu, masih ada kekuatan yang berasal dari luar Yizhou. Pertama adalah orang-orang yang dibawa oleh Liu Yan dan Liu Zhang ke Shu. Kelompok ini bisa kita sebut sebagai kelompok Dongzhou. Setelah itu, Liu Bei masuk ke Shu. Liu Bei juga membawa orang-orang dari Jingzhou masuk ke Shu. Kelompok kedua ini bisa kita sebut sebagai kelompok Jingzhou. Maka bila kita simpulkan, total ada tiga kubu kekuatan di Yizhou: (1) Kelompok Liu Bei atau kita sebut sebagai kelompok Jingzhou, (2) Kelompok Liu Zhang atau kita sebut sebagai kelompok Dongzhou, (3) Kelompok lokal atau kelompok Yizhou. Dilihat dari urutan kedatangan ke Yizhou: Kelompok Yizhou adalah yang pertama ada, karena mereka memang orang lokal. Yang datang berikutnya adalah kelompok Dongzhou, lalu yang paling akhir adalah kelompok Jingzhou. Apa akibat dari percampuran ketiga kekuatan ini? Akibatnya adalah, ketika Liu Bei mengangkat diri sebagai kaisar, ia tidak memiliki dasar yang kokoh, ditambah dengan kekalahan di pertempuran Yiling, sehingga kondisi negara goncang.
Dengan kata lain, ketika Liu Bei menjelang ajal menitipkan putranya, musuh terbesar dari Shu bukanlah Wei maupun Wu, tetapi dari internal Shu sendiri. Liu Bei tahu hal ini, dan ia sangat mengawatirkannya. Bagaimana pemikiran Liu Bei? Ia menganggap, sebagai kekuatan yang terakhir masuk ke Shu, posisi kubunya harus kuat, harus dominan. Ini tak bisa ditawar lagi. Di sini Liu Bei berperan sebagai pemimpin yang hendak mengakomodasi ketiga kubu tersebut. Ia berusaha adil mencampur orang-orang dari ketiga kubu ini. Maka jika bisa kita simpulkan, kebijakan politik Liu Bei saat itu adalah: (1) mengokohkan kedudukan kubu yang baru, (2) menenangkan emosi kubu yang lama, (3) menyelaraskan hubungan kubu lama dan kubu baru, dan (4) menghilangkan sekat antara kubu lama dan kubu baru.
Sehingga jelaslah kaitan ini dengan ketiga kubu tersebut. Kelompok Jingzhou berperan sebagai pemegang kuasa utama, kelompok Dongzhou dijadikan rekan untuk bersatu, dan kelompok Yizhou merupakan kelompok yang harus diwaspadai. Karena itulah, Liu Bei membuat struktur Zhuge Liang sebagai nomor satu, Li Yan sebagai nomor dua ketika menitipkan putranya, sebab Li Yan termasuk orang di kelompok Dongzhou. Memang Li Yan aslinya adalah orang Jingzhou, tetapi ketika Cao Cao menyerang ke selatan, Li Yan memilih bergabung dengan Liu Zhang. Dengan kata lain pula, Li Yan adalah orang yang posisinya di tengah-tengah kelompok Dongzhou dan Jingzhou, dan memiliki relasi erat dengan kelompok Jingzhou.
Dengan alur pemikiran yang teliti dari Liu Bei seperti ini, tentu memilih Li Yan adalah keputusan yang tepat.
Namun, Li Yan adalah seorang yang problematik.
(1) Li Yan orang yang berego tinggi dan sulit diajak bekerjasama.
(2) Li Yan tidak jelas pendiriannya, lompat ke Jingzhou, lompat ke Dongzhou, membuat perpecahan di kedua kubu.
(3) Li Yan mengajukan wilayah Bazhou dan mengajukan dirinya diangkat sebagai gubernur, menunjukkan keegoisan dan sifat memberontak.
Maka di sini Zhuge Liang melihat Li Yan sebagai ancaman yang harus dicopot.
Sebenarnya Liu Bei hendak menjadikan Li Yan sebagai tokoh penengah, sebagai pelumas antara kubu Jingzhou dan Dongzhou. Sayangnya ia bukannya menjadi pelumas, malah menjadi duri di antara kedua kubu.
Zhuge Liang sudah melihat ini, dan ia menunggu kesempatan untuk dapat mencopot Li Yan. Maka begitu Li Yan melakukan kesalahan yang sebenarnya tidak terlalu besar, ia langsung dipecat.
Tetapi di sisi lain, menurut prof. Yi sebenarnya Zhuge Liang juga punya maksud lain, yaitu ingin menegakkan hukum dalam memerintah Shu. Saat menerima tampuk pemerintahan, Zhuge Liang tahu kondisi Shu yang rapuh di dalam, penuh dengan konflik internal. Sehingga ia memutuskan menggunakan sistem hukum yang ketat dalam memerintah Shu. Hukum di sini berarti tidak peduli lagi siapa pun berada di kubu yang mana, semuanya sama di bawah hukum. Semua harus menaati hukum yang sama. Dengan demikian semua pihak dapat merasa puas.
Maka memerintah dengan hukum pun menjadi kebijakan Zhuge Liang yang sangat penting dalam pemerintahannya. Demi benar-benar menegakkan hukum tanpa pandang bulu, Zhuge Liang pun harus menindak orang-orang dari kubu Jingzhou. Bahkan orang yang sangat dekat dengannya pun harus dihukum mati olehnya, contohnya Ma Su. Apakah Ma Su memang harus mati? Mengapa Zhuge Liang menangis ketika menghukum mati Ma Su? Nantikan jawabannya di episode berikutnya.
Photo credit: kanegen on VisualHunt.com