Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (45 – 情天恨海/Perasaan Mendalam)

Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (45 – 情天恨海/Perasaan Mendalam)

Kita tahu bahwa Tiga Negara adalah masa munculnya banyak sekali orang hebat. Para pemimpin utama di era Tiga Negara pun memiliki kemampuan manajemen manusia yang baik. Demikian pula dengan Sun Quan. Bahkan menurut prof. Yi, kemampuan manajemen SDM Sun Quan mungkin hanya kalah dari Cao Cao.

Sun Quan tak hanya memahami talenta di dalam negeri, ia bahkan mengerti talenta di negara orang lain. Ia ingin memakai talenta di negara lain. Misalnya, kita pernah membahas bahwa Sun Quan sudah bisa memperkirakan bahwa setelah Zhuge Liang meninggal, akan ada konflik antara Yang Yi dan Wei Yan. Sun Quan mengatakan hal ini kepada Fei Yi. Kita tahu bahwa setelah Zhuge Liang memimpin Shu, ia memulihkan hubungan antara Wu dan Shu. Kedua negara saling mengirim utusan. Kali pertama Fei Yi diutus ke negeri Wu, terjadi suatu hal yang menarik. Ketika Sun Quan mengadakan perjamuan besar untuk menjamu rombongan Shu, ia meminta kepada semua yang hadir, nanti ketika Fei Yi datang, jangan mempedulikan Fei Yi. Maka ketika Fei Yi datang, semua orang sibuk makan, sama sekali tak mempedulikan Fei Yi. Hanya Sun Quan yang berdiri menyambut Fei Yi. Fei Yi langsung menggubah sebuah syair: burung phoenix datang, qilin pun berhenti makan, keledai dan kuda tak mengerti, masih sibuk makan. Ledekan ini pun membuat Sun Quan merasa malu. Maka Zhuge Ke pun berdiri dan menggubah syair: kami menanam pohon wutong, untuk menyambut phoenix, tak tahu dari mana datanglah seekor burung pipit, kami pun mengusir dia pergi. Balasan syair ini membuat skor menjadi satu sama. Hal semacam ini sering terjadi pada hubungan diplomatik Wu dan Shu. Jadi meskipun kedua negara tidak saling berperang, namun mereka masih melakukan silat lidah. Misalnya lagi suatu kali ada utusan Shu datang ke Wu dengan sikap yang agak arogan, maka seorang dari Wu bernama Xue Zong menyuguhkan arak kepada utusan tersebut dan berkata, “Tahukah Anda makna huruf Shu (蜀)? Jika ditambah 犭(anjing), akan menjadi 獨 (du, sendiri). Jika tidak ada anjingnya, maka 蜀 punya mata (目) dan tubuh 苟, di mana ada 虫 (serangga) yang masuk ke perutnya.” Mereka sering berolok-olok seperti ini. Tentu ini hanya sekedar olok-olok, bukan inti dari pembicaraan kedua negara.

Maka Sun Quan sangat suka Fei Yi. Ketika Fei Yi pergi, Sun Quan berkata, “Anda orang yang bertalenta, orang yang sulit dicari bandingnya. Pasti Anda dapat menjadi pilar utama Shu. Kali ini Anda pergi, saya kuatir kita akan sulit bertemu lagi.” Sun Quan merasa kehilangan. Ia pun mengeluarkan belati pusaka miliknya untuk diberikan kepada Fei Yi. Ini bukan hal kecil. Dalam militer, saling bertukar senjata merupakan hal yang sangat sangat penuh perasaan. Di peperangan, ketika dua jenderal bertarung satu lawan satu dan berakhir imbang, maka mereka dengan sekujur tubuh bersimbah debu, keringat dan darah, maju ke depan, berkata, “Saudaraku, engkau benar-benar seorang yang gagah berani.” Lalu memberikan senjatanya kepada pihak lawan, “Sampai bertemu lagi di pertempuran selanjutnya.” Ini perasaan yang sangat mendalam. Apalagi di sini Sun Quan adalah pemimpin negara, memberikan benda pusakanya kepada utusan negara lain. Betapa besar hormat, apresiasi dan kepercayaan yang diberikan. Di sini kita dapat menangkap satu karakteristik Sun Quan dalam manajemen manusia, yaitu menyentuh orang lewat perasaan.

Di atas prof. Yi menyebutkan bahwa para pemimpin utama di masa Tiga Negara memiliki kemampuan manajemen SDM yang baik. Para pemimpin utama ini adalah: Cao Cao, Sun Quan, Liu Bei, Zhuge Liang. Mengapa Zhuge Liang juga termasuk? Sebab meskipun Zhuge Liang bukan raja, namun ia adalah pemimpin inti sebenarnya di masa-masa akhir Shu. Bila kita membandingkan empat orang ini, apa keunikan manajemen SDM mereka masing-masing?

Prof. Yi menyimpulkan: Cao Cao menggunakan bijaksana, Sun Quan menggunakan perasaan, Liu Bei menggunakan kesetiakawanan, Zhuge Liang menggunakan hukum.

Zhuge Liang menggunakan hukum karena ia memang memerintah berpegang pada hukum. Pada masa kepemimpinan Zhuge Liang, tidak ada pejabat yang korupsi, semuanya rajin bekerja. Ini karena Zhuge Liang memegang teguh hukum, dan menjalankannya dengan terbuka, jujur dan adil. Maka dari aspek ini, kita dapat mengatakan bahwa pemerintahan Zhuge Liang adalah pemerintahan yang mirip pemerintahan.

Sebaliknya, pemerintahan Cao Cao, Sun Quan dan Liu Bei, tidak begitu mirip dengan pemerintahan. Ini wajar, sebab ketiganya mengalami proses dari kecil menjadi besar. Di masa akhir kepemimpinan mereka, barulah terbentuk pemerintahan yang resmi.

Dari sini prof. Yi menilai, pemerintahan Cao Cao seperti salon (ruang publik, bukan tempat potong rambut). Karena Cao Cao mengandalkan kebijaksanaan, maka orang-orang di sekelilingnya pun orang-orang yang pintar. Mereka berkumpul bersama, berdiskusi, mirip dengan sebuah salon.

Liu Bei mengandalkan kesetiakawanan. Makan bersama, tidur bersama. Maka pemerintahan Liu Bei seperti geng, bagaikan kelompok di dunia persilatan. Bahkan menurut prof. Yi mirip dengan perkumpulan pengemis (gaibang) di dunia persilatan.

Bagaimana dengan Sun Quan? Pemerintahan Sun Quan mirip keluarga. Coba lihat saja. Zhang Zhao adalah paman. Zhou Yu adalah abang. Zhou Yu dan Sun Ce tumbuh besar bersama. Zhou Yu dan Lu Su juga seperti saudara. Demikian juga Lu Su dan Lü Meng. Jelas ada rantai abang adik di sini.

Sun Quan pun dekat bagai saudara dengan para bawahannya. Ada tiga bukti.

Pertama, Zhou Yu. Kita tahu panglima utama perang Chibi adalah Zhou Yu. Setelah Cao Cao kalah, Cao Cao pun sadar bahwa Zhou Yu orang yang hebat. Ia ingin menggaet Zhou Yu ke pihaknya. Ia mengutus Jiang Gan untuk melaksanakan misi ini. Jiang Gan berangkat ke Wu satu tahun setelah perang Chibi. Jadi kisah Jiang Gan mencuri surat (di Romance of the Three Kingdoms) menjelang perang Chibi itu hanyalah fiksi. Mengapa Cao Cao memilih Jiang Gan? Sebab Jiang Gan dan Zhou Yu berasal dari daerah yang sama. Ditambah lagi Jiang Gan berwajah tampan, serta pandai bicara.

Sesampainya di tempat Zhou Yu, Zhou Yu menyambut Jiang Gan dan langsung berkata, “Abang Jiang Gan datang kemari pasti mau membujuk saya ikut Cao Cao kan?” Jiang Gan terkejut dan menjawab, “Ah tidak, ini hanya kunjungan teman satu kampung halaman saja.”

Zhou Yu lalu sengaja meninggalkan Jiang Gan tinggal tiga hari di sana dengan alasan dia sibuk. Setelah tiga hari, Zhou Yu datang lalu menampilkan pasukan lengkap kepada Jiang Gan, selanjutnya membuat jamuan besar, dan berkata kepada Jiang Gan bahwa hal yang paling menggembirakan bagi seorang pria gagah berani adalah mendapatkan seorang pemimpin yang baik. Seberapa gembiranya? Zhou Yu menggambarkan, pemimpin tersebut kelihatan dari luar adalah raja, namun di dalamnya dia adalah saudara. Ia berkata kepada Jiang Gan, “Sekalipun yang datang adalah Su Qin, Zhang Yi atau Li Yiji yang hidup kembali untuk membujuk aku, aku tetap akan menyuruhnya pulang.”

Jiang Gan hanya tertawa dan minum arak. Setelah minum arak dia pulang, lapor kepada Cao Cao bahwa Zhou Yu tidak dapat dikutak-kutik.

Kedua, Zhou Tai. Di episode terdahulu telah dijelaskan bahwa Zhou Tai adalah salah satu dari kelompok Huaisi. Namun Zhou Tai berlatarbelakang sangat miskin. Tahun ke-18 Jian’an, Sun Quan mengangkat Zhou Tai menjadi pemimpin garis depan di Ruxu. Zhu Ran dan Xu Sheng menjadi wakilnya. Zhu Ran dan Xu Sheng tidak terima. Sun Quan juga tahu mereka tidak terima. Maka Sun Quan pergi sendiri meninjau ke Ruxu. Di sana ia mengadakan perjamuan besar, menjamu para jenderal. Sun Quan menuang arak ke gelas para jenderalnya satu persatu. Saat ia sampai di hadapan Zhou Tai, ia berkata, “Jenderal Zhou, tolong buka bajumu.” Zhou Tai walau tak mengerti, ia membuka bajunya. Seluruh yang hadir terperanjat. Tubuh Zhou Tai penuh dengan bekas luka. Sun Quan bertanya, “Jenderal Zhou, bekas luka ini dari mana?” Zhou Tai menjawab, dari peperangan A. Sun Quan lanjut bertanya bekas luka selanjutnya. Zhou Tai pun menjawab, dari peperangan B. Demikian seterusnya untuk setiap bekas luka. Saat ini Sun Quan menangis. Ia memegang lengan Zhou Tai, dan berkata, “Jenderal Zhou, Anda sudah sedemikian mempertaruhkan nyawa demi aku dan saudara-saudaraku. Bagaimana mungkin aku tidak menganggapmu sebagai saudara kandung, darah daging sendiri? Bagaimana mungkin aku tidak memberikan penghargaan setinggi-tingginya untukmu? Jangan memandang latar belakangmu yang rendah, ketahuilah, aku dan engkau akan bersama saat suka maupun duka, mulia maupun tidak.”

Semua orang di situ terharu dan mengakui Zhou Tai memang layak.

Ketiga, Zhuge Jin. Saat perang Yiling, ada orang yang melaporkan Zhuge Jin, sebab Zhuge Jin adalah kakak kandung Zhuge Liang. Ia difitnah bersekongkol dengan Zhuge Liang. Rumor ini lama-lama menjadi besar, hingga Lu Xun yang ada di garis depan pun terusik. Lu Xun menulis surat kepada Sun Quan meminta agar Sun Quan memeriksa rumor ini, meskipun Lu Xun pribadi percaya kepada Zhuge Jin. Sun Quan membalas surat itu, meminta Lu Xun untuk tenang, sebab Sun Quan memiliki hubungan sangat dekat seperti saudara dengan Zhuge Jin. Sun Quan sangat memahami Zhuge Jin, Zhuge Jin adalah orang yang lurus dan setia. Sun Quan menceritakan, dulu ia juga ingin merekrut Zhuge Liang, sebab toh abangnya sudah ada di Wu. Apa kata Zhuge Jin? Zhuge Liang sudah ikut Liu Bei, ia tak akan berubah pikiran. Sama halnya dengan saya, tak akan berubah pikiran menjadi ikut Liu Bei. Bukankah jelas Zhuge Jin setia?

Maka Sun Quan adalah pemimpin yang menggunakan perasaan untuk menggerakkan orang. Tentu di sini ada unsur Sun Quan melakukan ‘pertunjukan’, seperti yang ia lakukan dengan Zhou Tai, namun tetap di dalamnya ada ketulusan. Ia menggunakan perasaan yang murni sebagai alat politik. Bukankah ini sangat pintar?

Dan kenyataannya banyak orang yang tersentuh karena Sun Quan, lalu mengikuti dia. Misalnya, Pan Jun. Pan Jun awalnya adalah pengikut Liu Bei, namun ia tidak diberi jabatan yang tinggi. Ia bersama Guan Yu mempertahankan Jingzhou. Saat Jingzhou jatuh, para pejabat Liu Bei di situ semuanya pindah ikut Sun Quan. Hanya Pan Jun yang tidak. Pan Jun dengan alasan sakit, tidak mau menemui Sun Quan. Mendengar ini, Sun Quan menyuruh orang membawa ranjang ke rumah Pan Jun, meminta Pan Jun naik ranjang lalu diangkat menuju tempat Sun Quan. Pan Jun masih tak mau melihat Sun Quan. Ia membenamkan kepala di ranjang, dan mulai menangis. Sun Quan mendekatinya dan berbicara dengan lembut, menjelaskan mengapa Pan Jun harus menyerah. Sun Quan sambil menjelaskan, sambil menyuruh orang mengambil kain untuk mengusap air mata Pan Jun. Saat ini Pan Jun sudah tidak tahan lagi, ia turun dari ranjang dan memberi hormat pada Sun Quan.

Namun kita perlu menggarisbawahi, bahwa cara Sun Quan menggunakan perasaan ini dilaksanakan di awal pemerintahannya.

Di akhir pemerintahannya, Sun Quan tidak lagi memiliki ikatan perasaan dengan para bawahannya. Bahkan dengan keluarga sendiri pun, perasaan itu sudah luntur.

Sun Quan memiliki tujuh putra. Putra pertama, Sun Deng, meninggal pada umur 33 tahun. Putra kedua, Sun Lü, meninggal pada usia 20 tahun. Putra ketiga, Sun He, berkonflik dengan putra keempat, Sun Ba, setelah Sun Deng meninggal. Ini karena Sun Quan sayang baik kepada Sun He dan Sun Ba. Merasa sama-sama mendapat restu, keduanya pun berebut kekuasaan. Akhirnya Sun He diturunkan menjadi rakyat biasa, dan Sun Ba dibunuh. Kedua putra ini berakhir tragis, sama-sama karena Sun Quan masih ingin mengamankan kekuasaannya dari kedua putranya itu. Putra kelima, Sun Fen, juga dibunuh. Namun ia bukan dibunuh oleh Sun Quan, melainkan oleh keponakannya, Sun Hao. Putra keenam adalah Sun Xiu, putra ketujuh adalah Sun Liang. Yang menjadi putra mahkota di urutan berikutnya adalah Sun Liang. Namun Sun Liang setelah naik tahta pada umur 10 tahun, dicopot jabatannya saat ia berusia 16 tahun. Setelah dicopot, ia dibunuh oleh abangnya Sun Xiu, karena Sun Xiu yang merebut kekuasaan. Sun Xiu meninggal dengan tenang, namun setelah Sun Xiu meninggal, istri dan putranya dibunuh oleh Sun Hao.

Siapakah Sun Hao? Sun Hao adalah putra Sun He.

Parah bukan?

Kesimpulannya, ayah membunuh putra, abang membunuh adik, keponakan membunuh paman, pejabat membunuh keluarga raja. Marga Sun membunuh marga Sun. Di dalam keluarga saling membunuh. Apakah ini masih bisa disebut penuh perasaan?

Lalu bagaimana dengan di pemerintahan?

Pemerintahan dikelola oleh agen rahasia. Sun Quan pada akhir pemerintahannya membentuk lembaga khusus, untuk mengawasi para pejabat. Sun Quan percaya kepada para ‘intel’ nya ini. Ia tidak percaya lagi pada para menterinya. Misalnya, salah satu dari ‘intel’ itu bernama Lü Yi. Ia lapor kepada Sun Quan bahwa ada pejabat bernama Diao Jia, memfitnah kaum istana. Sun Quan langsung percaya dan memasukkan Diao Jia ke penjara. Sun Quan bertanya kepada orang-orang di sekitar apakah benar Diao Jia menyebar fitnah. Mereka karena takut kepada para ‘intel’, semua membenarkan hal itu. Sampai pada satu orang bernama Shi Yi, ia menjawab ia tak tahu Diao Jia menyebarkan fitnah. Sun Quan tak percaya, sebab semua yang lain mengaku mendengar. Setelah dipaksa, Shi Yi berkata, jawab dengar maupun tidak dengar, hasilnya akan sama, aku mati juga akhirnya. Jadi aku bilang terus terang saja, tidak mendengar. Di sini barulah terungkap bahwa kasus ini hanyalah rekayasa. Jika tidak ada Shi Yi, tentu Diao Jia sudah bernasib sial.

Sun Quan di akhir pemerintahannya berubah menjadi sensitif dan labil. Tidak heran Mr. Yan Leng dalam bukunya bertanya apakah Sun Quan di masa tuanya terkena dementia? Tentu ini hanya lelucon dari Mr. Yan.

Chen Shou menyamakan Sun Quan dengan Gou Jian, karena perjalanan hidup mereka mirip. Mereka susah payah di masa muda, lalu menanjak naik dengan gemilang, tetapi di masa tua mereka membunuh bawahan mereka sendiri. Bahkan Chen Shou berkomentar, Sun Quan sebenarnya orang yang penuh curiga, orang yang berani membunuh orang lain, hingga di masa tua gejala ini semakin berat.

Mengapa bisa? Orang yang awalnya hangat dan penuh perasaan, di masa tua bisa berubah sebegitu rupa?

Ini mudah dijawab. Orang yang berat di perasaan, akan timbul rasa curiga yang besar pula. Perasaan yang kuat menimbulkan kecurigaan dan cemburu yang kuat pula. Maka judul episode kali ini 情天恨海, sangat tepat. 情天 melukiskan perasaan setinggi langit. Namun ini diikuti dengan 恨海, yaitu rasa benci sedalam lautan. Maka perubahan Sun Quan ini normal, meskipun perubahannya sangat drastis.

Karena perubahan inilah, Sun Quan mengucilkan Zhang Zhao dan menekan Lu Xun hingga meninggal.

Bagaimana ini bisa terjadi? Nantikan di episode berikutnya.

Sumber gambar: https://www.shuashuakan.com/new/f9104b642b0245f1929ac7abb78676fb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *