Murid saya cukup sering mengeluh, “Laoshi, bahasa Tionghoa kok sulit sekali ya?” Waktu mengajar, ketika saya bertanya, “Ni juede Hanyu nan ma?” (Menurut kamu apakah Hanyu sulit?), jawaban murid-murid saya kebanyakan adalah ya. “Lalu apakah ada bagian dari Hanyu yang sedikitnya mudah untuk dipelajari?” Setelah berpikir-pikir sejenak, mereka pun menjawab, “Tidak ada. Semuanya sulit.”
Apakah bahasa Tionghoa(Hanyu) sulit? Menilik komentar para murid saya di atas, kelihatannya memang iya. Di buku pelajaran kami ada suatu dialog yang menanyakan hal yang sama. “Ni juede Hanyu nan ma?” Orang di dalam dialog itu menjawab, “Wo juede ting, shuo bijiao rongyi, du, xie bijiao nan.” (Menurut saya mendengar, berbicara cukup mudah, membaca, menulis cukup sulit). Namun kenyataannya, pendapat murid-murid saya tidak sama dengan pendapat orang ini. Apakah mendengar, berbicara itu mudah? Tidak juga. Mendengar butuh ketelitian, perhatian, lebih-lebih untuk para pemula. Berbicara apalagi. Pelafalannya saja sudah susah, masih harus ditambah empat nada.
Saya jadi berpikir, belajar bahasa asing pada dasarnya toh memang sulit. Apakah bahasa Inggris mudah? Tidak juga. Meskipun bahasa Inggris menggunakan huruf Latin, jadi tidak perlu belajar menulis dari nol, namun tetap saja di dalam pengucapan ada kesulitan yang cukup besar. Bahkan menurut saya pengucapan bahasa Inggris lebih sulit dari bahasa Tionghoa. Adalah sangat susah mengucapkan bahasa Inggris semirip mungkin dengan orang Amerika atau orang Inggris berbicara, ditambah lagi kadang tidak ada aturan paten bagaimana suatu kata dalam bahasa Inggris harus dibaca. Contoh: “oo” dalam flood dan blood bunyinya lain dengan soon dan noon. Lain halnya dengan bahasa Tionghoa, tiap kata sudah ada aturan resminya harus dibaca seperti apa, dan itu sudah paten. Mungkin masalah sulit mengucapkan semirip mungkin dengan native speaker sangatlah berhubungan dengan seberapa sering kita berbicara dan berlatih, atau dengan kata lain, baik bahasa Inggris maupun bahasa Tionghoa semuanya memerlukan latihan yang sama sulitnya.
Murid saya yang mengeluhkan kalimat di atas, menyambung dengan pertanyaan, “Siapa sih yang menciptakan bahasa ini?” Saya menangkap pertanyaan ini memiliki unsur mengeluh, namun di baliknya juga ada unsur kagum terhadap bahasa Tionghoa. Bagaimana tidak, bahasa yang sedemikian sulit ini bisa juga dikuasai oleh manusia. Huruf Han yang ribuan itu bisa juga diingat. Dan murid saya itu heran, masing-masing huruf yang rumit itu kok bisa ada dan eksis sampai sekarang. Artikel ini tidak akan membahas asal-usul huruf Han, tetapi paling tidak dari satu sisi ini kita bisa menilai, memang bahasa Tionghoa itu sulit, tapi ia memiliki suatu nilai lebih dibanding bahasa lainnya.
Cobalah anda yang belajar menulis huruf Han merenung sejenak. Di balik setiap huruf, di balik setiap goresan, ada sejarah yang sangat panjang, 3000 tahun lebih lamanya. Apakah anda tidak merasa bagaikan berada dalam mesin waktu ketika menorehkan pensil atau pena anda di atas kertas?
Kalau boleh saya simpulkan, bahasa Tionghoa memang tidaklah mudah. Namun bukan berarti bahasa lain mudah. Semuanya perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh. Hal yang tidak bisa kita pungkiri adalah, bahasa Tionghoa memiliki keunikannya yang tidak mungkin ditemukan dalam bahasa lain. Maka marilah kita yang merasakan sulitnya belajar bahasa Tionghoa, perlahan-lahan tidak larut dalam keputus asaan, tetapi mulai mengagumi bahasa ini, sehingga keingintahuan kita pun semakin tinggi, membuat kita mau belajar lebih giat lagi.
Foto oleh BLW Photography
{ 8 comments… read them below or add one }
Blog yang baik! Topik yang dibahas juga bagus dan khusus. Semoga bermanfaat buat orang berbahasa Indonesia yang sedang dan ingin belajar. Terus menulis!
Terima kasih atas dukungan anda.
Terima kasih atas artikelnya…..
Sama-sama. Semoga membantu…
hanzi adalah tulisan yg sangat unik untuk dipelajari walaupun saya sudah belajar dari kecil,tapi sampai skrg saya masih ada 1 pertanyaan mungkin sdr Budi bisa membantu jawab,kenapa hanzi bisa dibaca dalam berbagai suku bhs tionghoa tapi artinya tetap sama,seperti 吃饭 chi fan,kalo org khek baca ;shi fan,tio ciu; ciak peng,hokian ;ciak pui. arti tetap makan nasi. disini letak uniknya yg membuat saya selalu penasaran ingin belajar trusss
Mungkin jawaban yang paling sederhana adalah, karena hanzi sudah ada lebih dulu daripada berbagai dialek tersebut. Nenek moyang bangsa Tionghoa berasal dari daerah utara, daerah sungai Kuning. Di situlah tercipta hanzi beserta dialek pertama. Orang dari utara ini lambat laun berpindah ke selatan, sehingga dengan membawa hanzi, mereka juga berasimilasi dengan penduduk di selatan sehingga tercipta dialek yang berbeda, namun hanzi-nya tetap sama.
Dan tidak selalu kosa kata semua dialek sama, seperti yang anda contohkan, chi fan, jika diartikan literal: makan nasi, memang kebetulan sama, hanya beda pengucapan di beberapa dialek. Namun ada juga banyak kosa kata yang sama sekali berbeda, misalnya: tudou(kentang), jika diartikan literal: kacang tanah, namun pada dialek di daerah Shandong, berubah menjadi didan, jika diartikan literal: telur tanah.
Apakah bahasa hokkien dengan tionghoa itu berbeda?
Tionghoa(中华 Zhōnghuá ), merupakan salah satu sebutan untuk China(Tiongkok).
Bahasa Tionghoa adalah bahasa nasional China(Tiongkok), juga disebut bahasa Mandarin atau Hanyu.
Bahasa Hokkien(bahasa Fujian/Minyu) adalah dialek yang digunakan terutama di propinsi Fujian, Taiwan dan orang Tionghoa keturunan dari sana.
Mungkin gampangnya begini, jika kita ambil Indonesia sebagai analogi, bahasa Tionghoa itu setara dengan bahasa Indonesia, sedangkan bahasa Hokkien itu setara dengan salah satu bahasa daerah, misalnya bahasa Sunda.
Untuk lebih jelasnya anda bisa membaca posting ini.