Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (25 – 半途而废/Berhenti di Tengah Jalan)

Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (25 – 半途而废/Berhenti di Tengah Jalan)

Setelah perang Chibi, Cao Cao melakukan tiga hal di bidang militer: menghancurkan Ma Chao dan Han Sui, menyerang Sun Quan, menyerang Zhang Lu. Prof. Yi akan membahas ketiga hal ini satu persatu. Pertama, mengalahkan Ma Chao dan Han Sui.

Ma Chao dan Han Sui tidak mudah untuk diserang. Mengapa? Karena mereka adalah pejabat resmi yang diangkat oleh istana. Mereka juga tidak mengadakan pemberontakan. Maka tidak ada alasan untuk menyerang mereka. Tetapi bagi Cao Cao, Ma Chao dan Han Sui harus dihancurkan. Bagaimana caranya?

Cao Cao memakai akal yang agak busuk, yakni ‘memaksa’ Ma Chao dan Han Sui memberontak. Cao Cao memerintahkan Zhong You menyerang Zhang Lu. Zhang Lu juga adalah seorang penguasa daerah, yakni daerah Hanzhong. Untuk menuju Hanzhong, pasukan Cao Cao harus melewati wilayah Ma Chao dan Han Sui, yaitu daerah Guanzhong. Wajar saja bila kemudian muncul banyak kritik atas langkah Cao Cao ini, sebab ini akan memancing perlawanan dari Ma Chao dan Han Sui. Cao Cao tentu saja tidak menganggap kritik tersebut, karena ia memang sengaja mau memancing Ma Chao dan Han Sui.

Dan benarlah, begitu pasukan yang dipimpin Zhong You ini berangkat, Ma Chao dan Han Sui pun memberontak. Mereka menyusun 100.000 prajurit dan bertahan di Dongguan. Cao Cao memimpin pasukan dan menyeberangi sungai Kuning. Saat itu pasukan besarnya telah menyeberang lebih dulu. Cao Cao menunggu di belakang dengan beberapa ratus prajurit saja. Ma Chao membawa 10.000 prajurit datang menyerang. Hanya karena bawahannya segera menyelamatkan Cao Cao, ia barulah berhasil menyeberang dengan selamat.

Saat ini Ma Chao dan Han Sui mengajukan permohonan damai, yakni dengan memberikan sebagian wilayah mereka kepada Cao Cao. Cao Cao meminta saran Jia Xu, dan Jia Xu menyarankan untuk berpura-pura menerima usulan mereka, lalu melancarkan strategi adu domba. Usul ini usul yang bagus. Hubungan Ma Chao dan Han Sui sebenarnya tidak sebaik itu. Ayah Ma Chao adalah Ma Teng. Ma Teng dan Han Sui dulunya memang teman, tetapi akhirnya mereka menjadi musuh. Waktu itu Cao Cao lah yang menjadi penengah. Ia mengangkat Ma Teng menjadi pejabat, lalu mengirim Han Sui bersatu dengan Ma Chao.

Suatu ketika saat pasukan Han Sui dan Cao Cao berhadapan, Han Sui meminta untuk berbicara empat mata dengan Cao Cao. Maka mereka berdua menaiki kuda bertemu di tengah-tengah medan perang, dan bercakap-cakap selama lebih dari dua jam. Apa yang mereka bicarakan? Masa lalu. Cao Cao dan Han Sui sama-sama pernah menjadi pejabat. Mereka ngobrol tentang hal-hal yang dulu pernah mereka lakukan. Mereka bercakap-cakap dengan asyiknya hingga tertawa-tawa.

Saat Han Sui kembali, Ma Chao bertanya kepadanya, apa yang dibicarakan dengan Cao Cao. Han Sui menjawab, tidak ada apa-apa, bukan hal yang penting. Ma Chao tidak percaya.

Selang beberapa hari kemudian, Han Sui ingin bertemu lagi dengan Cao Cao. Kali ini ia membawa Ma Chao ikut. Karena Ma Chao ikut, Cao Cao tidak lagi mau menemui Han Sui seorang diri seperti yang lalu. Kali ini ia membawa jenderalnya yang bernama Xu Chu, yang bersikap galak terhadap Ma Chao. Cao Cao juga memasang blokade, sehingga mereka tidak bisa lagi berkuda dan bertemu di tengah-tengah medan perang. Cao Cao menunjukkan sikap percaya kepada Han Sui, tetapi tidak percaya kepada Ma Chao.

Saat bertemu kedua kalinya ini, ada tiga hal menarik yang perlu kita bicarakan. Pertama, para jenderal pasukan gabungan Han Sui dan Ma Chao ikut menemui Cao Cao dan memberikan hormat kepada Cao Cao. Kedua, para prajurit pasukan Han Sui dan Ma Chao berebut menuju ke garis depan demi melihat Cao Cao. Ketiga, para prajurit ini melihat, di belakang Cao Cao ada 5000 prajurit kavaleri dengan senjata yang berkilauan, membuat mereka merasa gentar duluan.

Setelah itu, Cao Cao menulis surat kepada Han Sui. Kita tidak tahu persis isi surat tersebut. Tetapi kita tahu paling tidak tiga hal. Pertama, Cao Cao sudah memperkirakan surat ini bakal dilihat juga oleh Ma Chao. Kedua, isi surat ini mengandung banyak ambiguitas, multi tafsir. Ketiga, sengaja dicoret-coret sedemikian rupa agar terkesan isi surat ini telah diubah oleh si penerima surat. Maka seperti yang sudah diduga, Ma Chao melihat surat tersebut dan langsung curiga ada apa gerangan antara Cao Cao dan Han Sui. Sejak itulah Ma Chao tidak lagi percaya kepada Han Sui.

Kita tahu yang paling beresiko dari sebuah pasukan aliansi adalah ketidakkompakan dari para pemimpin mereka. Maka sudah bisa diketahui bahwa pasukan Ma Chao dan Han Sui saat ini berada dalam kondisi saling curiga dan tidak bersatu. Pada momen itulah, pasukan Cao Cao mulai bergerak. Satu kali perang saja, pasukan Ma Chao dan Han Sui hancur total.

Hal kedua, menyerang Sun Quan. Setelah berhasil menaklukkan Ma Chao dan Han Sui, Cao Cao mengira ini saatnya untuk menyerang Sun Quan. Namun sebelum menyerang Sun Quan, Cao Cao lebih dulu mengirim sebuah surat yang panjang kepada Sun Quan. Isinya sederhana. Menyuruh Sun Quan membunuh Zhang Zhao dan Liu Bei. Bila Sun Quan melakukannya, wilayah Jiangdong seterusnya berada di kekuasaan Sun Quan. Ditambah lagi dengan pangkat tinggi dari istana. Jika tak sampai hati membunuh Zhang Zhao, membunuh Liu Bei saja juga boleh. Tetapi Sun Quan tidak menggubris.

Sun Quan telah siap melakukan perang melawan Cao Cao. Ia melakukan dua hal. Pertama, memindahkan pusat pemerintahannya ke Jianye. Kedua, membangun pelabuhan militer di Ruxu. Perang tak terhindarkan. Kali ini Cao Cao bertempur tanpa persiapan yang cukup. Sebaliknya, Sun Quan memiliki persiapan yang matang. Peperangan berlangsung alot dan tidak ada hasil. Sun Quan berkali-kali menantang Cao Cao berperang, tapi Cao Cao tidak mau menanggapi. Akhirnya Sun Quan sendiri yang naik perahu masuk ke perkemahan Cao Cao. Di sini ada dua versi cerita. Pertama, melihat kapal Sun Quan datang, Cao Cao memerintahkan melepas panah. Sehingga terjadi seperti yang tertulis di novel yaitu mirip kisah Zhuge Liang meminjam seribu panah dengan perahu. Versi kedua, Cao Cao tidak menyuruh melepaskan panah. Ia hanya melihat bagaimana perahu Sun Quan mengitari perkemahan pasukan Cao Cao, lalu Sun Quan membunyikan musik, dan pergi. Di sini kemudian keluar ucapan yang terkenal dari Cao Cao, yaitu “jika melahirkan anak, lahirkan anak seperti Sun Quan”, sebagai ungkapan kekaguman atas keberanian Sun Quan.

Hal ketiga, menyerang Hanzhong, mengalahkan Zhang Lu. Waktu itu Cao Cao sudah berumur 61 tahun. Ia memimpin pasukan sendiri menuju pos Yangping. Begitu sampai, Zhang Lu sudah siap untuk menyerah. Tetapi adik Zhang Lu, Zhang Wei, tidak setuju. Maka ia pun berangkat berperang. Cao Cao mengetahui Yangping tidak gampang untuk diserang, memutuskan untuk mundur. Ketika pasukan Zhang Wei mengejar, Cao Cao tiba-tiba berbalik arah dan melancarkan serangan balik. Zhang Wei pun kalah. Di sini catatan sejarah tidak terlalu jelas bagaimana sebenarnya Cao Cao bisa mengalahkan Zhang Wei. Dugaan pertama, strategi memukul balik ini diperintahkan oleh Cao Cao sendiri. Dugaan kedua, Liu Ye yang mengusulkan strategi ini. Dugaan ketiga, hal ini terjadi secara kebetulan, entah itu karena pasukan Cao Cao keliru masuk ke perkemahan Zhang Wei, atau diduga ada segerombolan rusa yang berlari menuju perkemahan Zhang Wei. Pendek kata, Zhang Wei menyerah.

Setelah Zhang Wei menyerah. Zhang Lu lari ke Bazhong. Tak lama kemudian, ia juga menyerah. Cao Cao memberikan penghargaan besar kepada Zhang Lu. Hanzhong pun menjadi milik Cao Cao.

Banyak orang memberi saran, ini adalah saat yang tepat untuk langsung menyerbu Shu. Ada dua orang yang mengusulkan ini: Liu Ye dan Sima Yi. Liu Ye berkata kepada Cao Cao, Liu Bei meskipun adalah seorang pahlawan, namun ia lambat bereaksi. Ditambah lagi rakyat Shu baru saja berpindah kekuasaan dari Liu Zhang ke Liu Bei, belum stabil betul. Ini adalah saat paling baik untuk menyerang Liu Bei. Sima Yi mengucapkan perkataan yang terkenal, yang artinya kira-kira: seorang yang bijak tidak melawan aliran alam (bila kesempatan belum matang, jangan memaksakan untuk bertindak), tetapi juga tidak kehilangan kesempatan (bila kesempatang datang, jangan menyia-nyiakannya). Sayangnya Cao Cao tidak menerima usulan ini. Ia merasa sudah cukup, tidak perlu menyerang Shu.

Dan benar, begitu Cao Cao mundur, kekuasaan Liu Bei makin kuat. Saat itu sebenarnya Liu Bei sedang berada di Jingzhou. Sehingga ini juga salah satu sebab mengapa Liu Ye dan Sima Yi mengusulkan untuk menyerang Shu. Begitu mendengar Cao Cao telah menguasai Hanzhong, Liu Bei segera mengajukan gencatan senjata dengan Sun Quan, dan membagi wilayah Jingzhou untuk mereka berdua. Ia segera kembali ke Shu, namun terlambat, Zhang Lu terlebih dahulu menyerah.

Saat pasukan Cao Cao mundur dari Hanzhong, penasehat kedua Liu Bei, Fa Zheng, mengajukan usul untuk menyerang Hanzhong. Siapakah Fa Zheng? Fa Zheng adalah penasehat penting yang didapatkan Liu Bei setelah menguasai Shu. Menurut Chronicle of Three Kingdoms, saat itu yang mengurusi negara, mengatur militer adalah Zhuge Liang. Yang mengatur strategi, perencanaan adalah Fa Zheng. Yang menjalankan peperangan adalah para jenderal seperti Guan Yu, Zhang Fei. Fa Zheng berkata kepada Liu Bei bahwa saat itu adalah saat terbaik untuk merebut Hanzhong. Liu Bei menerima saran ini. Ia ditemani Fa Zheng memimpin pasukan menyerang Hanzhong. Sedangkan Zhuge Liang tetap tinggal di Chengdu.

Tetapi anak buah Cao Cao di Hanzhong juga tidak mudah untuk dikalahkan. Ketika itu mereka memberikan perlawanan yang sengit. Liu Bei sampai harus bersurat kepada Zhuge Liang untuk mengirim bala bantuan. Zhuge Liang, yang sangat berhati-hati dalam bertindak, tidak segera mengambil keputusan. Ia terlebih dulu minta saran dari Yang Hong. Yang Hong spontan menyarankan untuk mengirim bantuan. Ia melihat Hanzhong sebagai pintu dari Shu. Harus direbut. Zhuge Liang harus segera mengirim bantuan. Barulah Zhuge Liang mengirim pasukan ke garis depan. Dan pada akhirnya, Liu Bei berhasil merebut Hanzhong.

Liu Bei berhasil merebut Shu dan Hanzhong, maka seluruh Yizhou menjadi miliknya. Liu Bei pun tak ragu lagi menyebut diri sebagai Prince of Hanzhong. Cao Cao selamanya kehilangan kesempatan menyatukan Tiongkok.

Maka kita dapat menyimpulkan, mengalahkan Ma Chao dan Han Sui, menyerang Sun Quan, dan menaklukkan Hanzhong, memiliki satu kesamaan, yaitu semuanya tidak dilakukan hingga benar-benar tuntas. Mengapa bisa demikian? Fa Zheng berkata, pasti di dalam internal kubu Cao Cao ada sesuatu. Benarkah? Kita akan bahas di episode selanjutnya.

Photo credit: xdanger on Visualhunt / CC BY-NC-ND

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *