Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (26 – 得寸进尺/Menggapai yang lebih tinggi)

Pada episode sebelumnya, telah diceritakan bagaimana Cao Cao tidak melanjutkan ekspedisinya menyerang Shu, berhenti di tengah jalan. Fa Zheng mengatakan, ini karena di kubu internal Cao Cao ada suatu masalah. Apakah ini benar? Benar. Cao Cao seperti yang kita tahu, mengendalikan kaisar untuk menjalankan kepentingan pribadinya. Dan di istana masih ada orang-orang yang asalnya memang pejabat istana, bukan bawahan Cao Cao. Sehingga bisa kita katakan bahwa Cao Cao berperang di dua front, depan dan belakang. Orang-orang di istana, yang menentang, tidak sejalan dengan Cao Cao, ada banyak sekali. Dan keadaan ini juga dipengaruhi oleh Perang Chibi. Sebelum perang Chibi, ketika karir Cao Cao sangat cemerlang, kubu anti Cao Cao ini masih ‘sungkan’ terhadap Cao Cao. Tetapi setelah Cao Cao kalah di Chibi, kubu ini mulai menunjukkan taringnya. Apalagi, Cao Cao sendiri berubah setelah perang Chibi. Ia malah lebih berambisi dibandingkan dahulu. Kubu yang anti Cao Cao di istana ini ada dua kelompok. Pertama adalah orang-orang yang pada dasarnya memang berhati kerdil. Yang mudah iri dan dengki terhadap orang lain yang berhasil. Kelompok yang lain adalah orang-orang yang memang setia terhadap dinasti Han. Mereka mulai merasa Cao Cao hendak mengkhianati Han. Cao Cao sangat menyadari hal ini.

Oleh karena itu, sekitar dua tahun setelah perang Chi Bi, Cao Cao menulis sebuah memo, yang isinya adalah mengembalikan dua wilayah yang diberikan oleh istana kepadanya. Tetapi menurut Prof. Yi, ini sebenarnya hanyalah akting Cao Cao belaka. Sebab tak lama setelah itu, ketiga putra Cao Cao, masing-masing mendapat satu wilayah kekuasaan. Dan lagi, kalau Cao Cao benar-benar mau merelakan tiga wilayah tadi, seharusnya ia menulis surat kepada kaisar, bukan menulis memo kepada bawahan. Memo ini adalah usaha Cao Cao menutup mulut orang-orang yang berseberangan dengannya.

Cao Cao tiga kali menjalankan ekspedisi, tiga kali pula kembali ke istana. Setelah mengalahkan Han Sui dan Ma Chao, Cao Cao mendapatkan penghargaan berupa: dapat menemui kaisar tanpa harus dipanggil namanya (ming: Cao), dapat menemui kaisar tanpa harus berjalan hormat, dapat menemui kaisar dengan mengenakan pedang dan sepatu. Sama dengan penghargaan yang diberikan Liu Bang kepada Xiao He. Demikian pula setelah perang dengan Sun Quan dan Zhang Lu, Cao Cao mendapatkan penghargaan gelar-gelar tertentu. Hingga ia memiliki semua privilese seperti seorang kaisar, hanya kurang sebutan ‘kaisar’ saja yang belum disematkan padanya. Bahkan dalam hal ini sebenarnya Cao Cao sudah ‘lebih kaisar’ daripada kaisar, karena ia yang memegang kekuasaan secara nyata. Sampai pada taraf inilah, banyak orang menduga Cao Cao akan menggulingkan Han dan mengangkat diri sebagai kaisar.

Saat itu, bawahan Cao Cao mendesaknya untuk mengangkat diri sebagai kaisar. Chen Qun berkata bahwa tanah kekuasaan Han saat itu sama sekali sudah tidak ada, sehingga dinasti Han tidak perlu ada lagi. Xiaohou Dun mengatakan, seorang kaisar selaku pemimpin seharusnya menenangkan dan memberikan dukungan kepada masyarakat. Dan yang melakukan ini adalah Cao Cao. Sehingga mereka mendesak Cao Cao menjadi kaisar. Tetapi Cao Cao tidak bergeming. Ia mengutip perkataan Confucius, bahwa menjalankan pemerintahan, pada dasarnya sudah bertindak sebagai kaisar. Dan ia menyatakan dirinya cukup menjadi Raja Wen dari Zhou (Zhou Wen Wang), yang meski memiliki kekuasaan 2/3 dari seluruh negara, tetap tidak mau mengangkat diri menjadi raja.

Ada ahli yang berpendapat, karena Cao Cao tidak mau menjadi kaisar, ini menunjukkan dia memang tidak berkeinginan menggulingkan dinasti Han. Bahkan anggapan yang mengatakan bahwa—Cao Cao memang tidak mau, tetapi ia mempersiapkan putranya untuk menjadi kaisar—ini juga dipandang tidak tepat. Tetapi Prof. Yi tidak begitu setuju dengan anggapan ini. Prof. Yi menyimpulkan empat hal. Pertama, Cao Cao punya pemikiran menjadi kaisar. Ini merupakan pendapat subjektif Prof. Yi. Alasannya sederhana, meski kita tak akan bisa tahu pasti, namun seseorang yang sudah berada dalam taraf seperti Cao Cao, jika sama sekali tidak mempunyai keinginan menjadi kaisar, adalah sangat aneh. Kedua, Cao Cao punya kualifikasi. Ketiga, Cao Cao memenuhi syarat. Keempat, Cao Cao punya hambatan. Hambatan apakah itu? Pertama, Cao Cao menyadari kesalahan-kesalahan yang dilakukan para pendahulu: Dong Zhuo, Yuan Shao, Yuan Shu yang mengejar posisi kaisar. Ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Kedua, dia merasa berhutang budi kepada dinasti Han, atas semua berkat yang didapat di dalam keluarganya. Ketiga, Cao Cao sendiri sudah terlalu sering mengatakan ia tak ingin mengkhianati dan menggulingkan dinasti Han. Keempat, menurut kalkulasi Cao Cao sendiri, saat itu menjadi kaisar adalah momen yang tidak tepat. Mengapa? Karena ia tahu persis, begitu ia mengangkat diri sebagai kaisar, Sun Quan dan Liu Bei akan segera mengikuti. Dan dosa sebagai si pengkhianat akan disematkan pada dirinya. Dan saat ini, meskipun Cao Cao bukan kaisar, ia mewakili kaisar. Liu Bei serta Sun Quan biar bagaimana pun statusnya di bawah Cao Cao. Bila Cao Cao mengangkat diri sebagai kaisar, mereka juga mengangkat diri sebagai kaisar, maka kekuasaan pusat pun menjadi tiga, tidak lagi berada di Cao Cao seorang. Prof. Yi menambahkan satu alasan lagi, yakni Cao Cao merasa secara penampilan dan fisik dirinya tidak pantas menjadi kaisar. Ini kelihatannya konyol, tetapi pada zaman itu memang orang sangat memperhatikan penampilan. Apalagi sebagai kaisar, orang berharap kaisar memiliki fisik dan penampilan yang baik.

Maka prof. Yi mengambil kesimpulan, Cao Cao pada akhirnya pasrah pada takdir. Bila takdir mengijinkan, mungkin generasi Cao Cao yang akan menjadi kaisar. Bila tak memungkinkan, jadi perdana menteri, atau raja Wei, sudah cukup. Walau demikian, apa yang harus dilakukan tetaplah harus dilakukan. Hingga Cao Cao pun mencapai posisi yang sebenarnya sudah setara dengan kaisar. Ia tidak pasif menunggu takdir. Dari semua pencapaian ini, jabatan Wei Gong (Duke of Wei) adalah yang paling penting. Ini adalah titik tolak. Sebab gelar gong (duke) memungkinkan untuk memiliki ‘negara’ sendiri.

Meskipun Cao Cao didukung oleh Xun You, Dong Zhao dan para bawahan lainnya, tetapi ada satu orang penasehat Cao Cao yang setia, yang bisa dianggap sebagai ‘Zhuge Liang’nya Cao Cao, tidak setuju Cao Cao mendapat gelar Duke of Wei. Siapakah dia? Mengapa dia tidak setuju? Dan apa yang terjadi pada akhirnya? Nantikan episode berikutnya.

Photo credit: xdanger on Visual Hunt / CC BY-NC-ND

There is 1 comment for this article

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *