Tahun ke-24 Jian’an, Guan Yu tumbang di Maicheng. Liu Bei…
Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (36 – 永安托孤/Menitipkan Putra di Yong’an)
Setelah mengalami kekalahan besar, Liu Bei lari ke Yong’an. Ia sangat terpukul sehingga mendadak sakit keras. Menjelang akhir hidupnya, Liu Bei membuat beberapa persiapan. Dalam catatan San Guo Zhi, Liu Bei menitipkan putranya kepada dua orang, yaitu Zhuge Liang dan Li Yan. Zhuge Liang orang nomor satu, Li Yan orang nomor dua. Peristiwa ini sudah sangat dikenal oleh banyak orang. Tetapi kita perlu menelitinya sekali lagi.
Menurut catatan sejarah, Liu Bei memanggil Zhuge Liang dari Chengdu untuk datang ke Yong’an. Liu Bei berkata kepada Zhuge Liang, “Anda memiliki kemampuan sepuluh kali lipat dari Cao Pi. Pasti dapat menenteramkan negeri, dan mewujudkan angan kita. Jika putra saya masih mau dibantu oleh Anda, mohon Tuan membantu dia. Jika putra saya sudah tak layak, maka silakan Anda mengambil alih.” Mendengar ini, Zhuge Liang sambil berlinang air mata, menjawab, “Hamba pasti akan menjalankan tugas membantu putra Tuanku sebaik-baiknya, selamanya setia kepada Tuanku, hingga ajal menjemput hamba.” Selanjutnya Liu Bei berpesan kepada Liu Shan, untuk memperlakukan sang perdana menteri (Zhuge Liang) laksana ayah sendiri. Inilah peristiwa “Menitipkan Putra di Yong’an” yang terkenal itu. Juga dikenal dengan sebutan “Menitipkan Putra di Kota Baidi”. Namun sebenarnya, menurut ahli arkeologi, peristiwa ini terjadi di Yong’an, bukan di Baidi.
Sejarah mencatat berbagai pandangan yang berbeda terhadap peristiwa ini. Ada yang mengonfirmasinya, namun ada pula yang meragukannya. Sekarang Prof. Yi akan memaparkan dua pandangan yang berbeda ini, lalu ia akan menjelaskan pandangannya sendiri.
Yang mengonfirmasi hal ini, pertama adalah penulis San Guo Zhi, Chen Shou. Chen Shou memberikan penilaian sangat positif atas hal ini, yakni relasi antara sang raja dan sang menteri benar-benar mencerminkan kepentingan negara mutlak di atas segalanya. Menjadi teladan tertinggi bagi relasi antara sang raja dan sang menteri bagi generasi-generasi berikutnya. Mengapa Chen Shou bisa memberikan penilaian begitu tinggi?
Kuncinya terletak pada kalimat “ru qi bu cai, jun ke zi qu”. Namun Chen Shou tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai makna kalimat tersebut. Prof. Yi juga tak berani sembarangan menafsirkannya. Tetapi menurut pengertian pada umumnya, kalimat ini bermakna “jika putra saya sudah tak layak, maka silakan Anda mengambil alih posisinya”. Jika memang ini artinya, maka ini benar-benar hal yang luar biasa agungnya. Mengapa? Karena sepanjang sejarah Tiongkok, setelah dinasti Qin dan sebelum Revolusi Xinhai, keberlanjutan kekuasaan berlangsung secara keturunan. Ratusan tahun tradisi ini berlangsung, lalu tiba-tiba ada yang hendak mematahkannya, yaitu menteri mengambil alih kekuasaan, sudah barang tentu ini hal yang sangat luar biasa hebatnya. Benar-benar mendahulukan kepentingan negara, kepentingan rakyat di atas semua kepentingan pribadi. Benar-benar menghapus status diri dan keluarga raja yang semula secara tradisi dianggap diturunkan dari langit. Memberikan status dan kuasa yang diberikan oleh langit kepada orang lain, ini adalah hal yang benar-benar hebat. Sehingga mau tak mau kita harus bertanya, mungkinkah? Menurut Prof. Yi, ini tak mungkin.
Mengapa tak mungkin? (1) Tak pernah ada kasus seperti ini sebelumnya. Semua kaisar sebelumnya ingin kekuasaanya berlanjut turun temurun. Tak pernah mereka mengalihkannya kepada orang lain di luar keluarganya. Bahkan sekalipun keturunan mereka itu benar-benar tak mampu, mereka tetap tak mau mengalihkan kekuasaan. (2) Sekalipun Liu Bei memang mendobrak semua tradisi ini, pertanyaannya, dari mana ia mendapat inspirasi untuk itu? Karena di sepanjang sejarah, hal ini tak pernah terjadi. (3) Sekalipun Liu Bei memang benar-benar mendobrak semua tradisi ini, maka Zhuge Liang tak akan berani menerima amanat ini. Bayangkan saja, Cao Cao yang waktu itu hanya memakai kaisar untuk kepentingannya, sudah dicap sebagai bajingan Han. Jika Zhuge Liang sampai menggantikan Liu Shan, dia harus dicap sebagai apa?
Maka di dalam sejarah pun muncul pandangan yang meragukan peristiwa tersebut. Yang paling awal adalah Sun Sheng. Menurut Sun Sheng, ucapan Liu Bei menitipkan putranya ini adalah ucapan palsu. Menurutnya, jika Liu Bei memang hendak menitipkan putranya, ia seharusnya berkata secara terus terang. Dan inti dari menitipkan terletak pada orang yang dititipi, yang harus dipilih dengan tepat. Bila orang yang dititipi ini sudah tepat, tak perlu lagi mengucapkan kalimat seperti di atas. Mr. Zhang Zuoyao bahkan berpendapat lebih ekstrim lagi. Ia menganggap ucapan Liu Bei justru berarti ia meragukan Zhuge Liang. Justru karena ia curiga Zhuge Liang akan mengambil alih kekuasaan, maka ia mengeluarkan ucapan tersebut untuk ‘memaksa’ Zhuge Liang taat dan tidak berani macam-macam.
Sejauh ini kita tahu bahwa kunci untuk memahami peristiwa ini terletak pada “ru qi bu cai, jun ke zi qu”. Menurut sejarawan Mr. Fang Beichen, kata “zi qu” bukan berarti “mengambil alih”, melainkan “memilih dan mengangkat”. Memilih dan mengangkat apa? Kaisar yang lain. Dari mana? Dari putra-putra Liu Bei yang lainnya. Dengan kata lain, Liu Bei memberikan Zhuge Liang kuasa untuk memberhentikan kaisar dari jabatannya, tetapi bukan menggantinya dengan dirinya sendiri. Penjelasan ini, menurut Prof. Yi, masuk akal. Mengapa? Ada tiga alasan. (1) Liu Bei memiliki tiga orang putra: Liu Shan, Liu Yong, Liu Li. (2) Liu Bei memberikan dua dekrit, pertama kepada Liu Shan, yaitu agar Liu Shan memperlakukan Zhuge Liang seperti ayah sendiri, yang kedua kepada Liu Yong, yang isinya agar mereka bersaudara memperlakukan Zhuge Liang seperti ayah sendiri. Kemungkinan besar Liu Bei menyiapkan Liu Yong sebagai ‘pemain cadangan’ apabila Liu Shan harus diganti. (3) Memberikan kuasa untuk memberhentikan kaisar sudah merupakan hal yang sangat luar biasa.
Dalam hal ini, pandangan dari kaisar Kangxi menjadi layak kita perhatikan. Menurut Kangxi, perkataan Liu Bei ini adalah kata yang mengandung kecurigaan. Mengapa? Karena menurut Kangxi, ini adalah kebiasaan buruk di zaman tiga negara. Orang-orang di zaman tiga negara umumnya tidak berterus terang. Mereka penuh kecurigaan, tipu muslihat. Tentu ini hanyalah dugaan dari seorang Kangxi, kita tak mungkin dapat memastikan isi hati Liu Bei.
Tetapi menurut Prof. Yi, ini bukanlah mencerminkan kebiasaan buruk di zaman tiga negara, melainkan mencerminkan isi hati seorang raja. Kita perlu tahu bahwa betapa pun baiknya hubungan antara Liu Bei dan Zhuge Liang sebagai raja dan menteri, mereka tetaplah raja dan menteri. Tak mungkin berubah menjadi relasi antara orang biasa seperti di zaman modern sekarang ini. Seorang raja betapa pun memercayai menterinya, ia tetap adalah raja. Dalam benak seorang raja tertanam kuat konsep tentang negaranya sendiri. Apalagi Liu Bei adalah raja pertama. Negara Shu adalah negara yang ia dirikan lewat jerih payahnya. Sudah pasti dia tak akan dengan mudah melepaskan negeri itu kepada orang lain. Sudah pasti ia harus mewariskan negara tersebut kepada anak cucunya.
Sama halnya dengan Sun Ce, yang meskipun belum menjadi raja, tetapi ia juga adalah pemimpin. Baik Liu Bei maupun Sun Ce, ketika mereka meninggal, penerus mereka masih belum dewasa. Sun Quan berusia 18 tahun, Liu Shan berusia 17 tahun. Di masa lalu, sebelum berusia 20 tahun, belum dianggap dewasa. Orang yang begitu muda, harus mengemban status sebagai raja, membawahi menteri-menteri senior, para jenderal-jenderal besar berpengalaman, apakah sanggup? Sudah tentu orang tua atau kakak mereka tidak serta merta melepas mereka begitu saja menjadi raja. Sehingga terjadilah ‘menitipkan putra’ ini.
Siapakah yang layak dititipi? Pertama, orang yang berhubungan baik dengan mereka. Kedua, orang yang prestisius. Ketiga, orang yang kemampuannya tinggi. Sudah tentu juga, orang dengan kualifikasi tinggi seperti ini, mungkin saja mengambil alih kekuasaan demi kepentingan pribadinya. Sehingga pasti timbul rasa was was terhadap mereka. Liu Bei dan Zhuge Liang sama-sama orang yang luar biasa. Liu Bei adalah naga yang sedang menyelam, Zhuge Liang adalah naga tidur. Dua naga bersama bekerja dalam waktu yang lama, pasti ada rasa was was satu sama lain. Dan ini tak boleh dibiarkan terus, sehingga saat peristiwa ‘menitipkan putra’ tak boleh sampai ada kecurigaan. Cara terbaik adalah berbicara secara terbuka satu sama lain. Setelah itu kedua belah pihak dapat menjadi lega. Liu Bei dapat meninggal dengan tenang. Zhuge Liang dapat bekerja dengan tenang. Bukankah ini hal terbaik? Negara dan rakyat juga diuntungkan. Pemerintahan Shu dapat berjalan terus secara harmonis puluhan tahun ke depan.
Hubungan Liu Bei dan Zhuge Liang sebelum peristiwa menitipkan putra ini tidak sedekat seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang. Periode “bulan madu” mereka adalah setelah tiga kali kunjungan ke pondok jerami dan sebelum perang Chibi. Setelah perang Chibi, Liu Bei telah memiliki dasar untuk mewujudkan rencana Longzhong dari Zhuge Liang. Namun bila kita melihat catatan sejarah, kita akan heran sebab bayang-bayang Zhuge Liang jarang ditemukan setelah Chibi. Siapakah yang dibawa Liu Bei masuk ke Shu? Pang Tong. Saat ia menyerang Hanzhong, ia membawa Fa Zheng. Lalu apa kerja Zhuge Liang? Mengurus pajak, mencukupi kebutuhan pasukan, menjaga Chengdu, memenuhi kebutuhan logistik. Bila diterjemahkan ke dalam bahasa masa kini, jabatan ini setara dengan menteri logistik merangkap menteri peralatan. Perlu dicatat, ini bukan berarti Liu Bei tidak memercayai Zhuge Liang. Juga bukan berarti Prof. Yi merendahkan Zhuge Liang. Mengapa? Karena tugas Zhuge Liang ini setara dengan tugas Xiao He di masa lalu. Ketika Liu Bang mendirikan dinasti Han, Xiao He digelari sebagai menteri yang paling berjasa. Maka Zhuge Liang juga sama. Meski pekerjaannya mungkin nampak tidak moncer, tetapi ia adalah menteri yang paling berjasa bagi Shu.
Namun masih ada hal yang sulit dijelaskan. Ketika Zhuge Liang menjadi perdana menteri Shu, Liu Bei tidak memberikan kantor kepadanya. Mengenai hal ini, di episode-episode mendatang akan dijelaskan lebih lanjut. Ia baru memiliki kantor ketika Liu Shan menjadi raja. Tentu ini juga bisa dijelaskan dengan, Shu saat itu masih baru berdiri, sehingga sistem pemerintahannya belum lengkap. Hal lain yang lebih sulit dijelaskan adalah, ketika Guan Yu menyerang Xiangfan, serta Liu Bei menyerang Sun Quan (yang sudah dibuktikan bahwa keduanya adalah kesalahan), mengapa Zhuge Liang tidak mencegah? Satu pandangan mengatakan, Zhuge Liang juga tidak menduga kegagalan ini. Pandangan ini patut dipertanyakan, karena bukankah Zhuge Liang adalah ahli militer top? Bagaimana mungkin ia tak dapat memprediksi kegagalan tersebut? Menurut Prof. Yi, jika demikian maka alasan mengapa Zhuge Liang tidak mencegah adalah, Zhuge Liang tahu bahwa mencegah adalah sia-sia. Adakah buktinya? Ada. Di San Guo Zhi. Dicatat bahwa setelah pertempuran Yiling, Zhuge Liang berkata, “Jika Fa Zheng masih hidup, pasti akan menghalangi tuan kita melancarkan perang ini.” Apa kesimpulannya? Pertama, kata-kata Fa Zheng pasti didengar oleh Liu Bei. Kedua, Liu Bei hanya mau mendengar Fa Zheng. Liu Bei tak mau mendengarkan nasihat orang lain, termasuk Zhuge Liang. Sehingga Zhuge Liang tak berkata apa-apa.
Mengapa Zhuge Liang tidak mencegah? Kita hanya dapat mengira-ngira. Menurut Prof. Yi, Zhuge Liang sudah merasakan bahwa Liu Bei tidak sepenuhnya percaya kepadanya. Perhatikan, bukan sepenuhnya percaya, dan bukan sepenuhnya tidak percaya. Tetapi tidak sepenuhnya percaya. Mengapa? Karena pandangan politik keduanya tidak sama lagi. Zhuge Liang mirip dengan Xun Yu di kubu Cao Cao. Mereka sama-sama memiliki idealisme politik sendiri. Dan kebetulan ideal mereka berdua adalah sama. Yaitu merestorasi Dinasti Han. Dalam hal ini, Cao Cao dan Liu Bei pun memiliki kemiripan. Keduanya dulunya juga memiliki idealisme yang sama. Namun seiring berjalannya waktu, idealisme ini pun luntur. Kapan Liu Bei mulai lupa idealisme ini? Menurut Wang Fuzhi, sejak Liu Bei mendapatkan sebagian Jingzhou dan mendapatkan Yizhou. Liu Bei sejak itu ingin menjadi raja sendiri. Masalahnya, Zhuge Liang tidak melupakan idealisme merestorasi Han. Sementara itu, perubahan Liu Bei terjadi secara halus dan tak kelihatan, sehingga Zhuge Liang tak bisa langsung menegur Liu Bei. Bahkan bila Zhuge Liang menegur pun, Liu Bei tetap akan menganggap dirinya tidak lupa. Sebab Liu Bei masih menganggap musuh Han adalah Cao Cao seorang, bukan termasuk dirinya. Namun di dalam lubuk hati, semua orang tahu ambisi Liu Bei telah menyeleweng. Akhirnya, Zhuge Liang pun tidak banyak bicara, ia mengerjakan saja tugas yang sudah diberikan kepadanya.
Lalu, mengapa masih harus menitipkan putra kepada Zhuge Liang? Jawabannya sederhana. Tak ada pilihan lain. Pang Tong sudah meninggal. Fa Zheng meninggal. Guan Yu, Zhang Fei, Ma Chao, Huang Zhong semuanya telah meninggal. Yang tersisa dan bisa dititipi hanya Zhuge Liang, Zhao Yun dan Wei Yan. Zhao Yun di depan sudah dijelaskan bila ia tidak cukup dipercaya oleh Liu Bei. Sementara Wei Yan adalah orang yang sangat dipercaya Liu Bei. Tapi masa menitipkan putra kepada Wei Yan? Sementara Zhuge Liang saat itu sudah menjadi perdana menteri. Sehingga tak ada pilihan lain. Namun karena tidak sepenuhnya percaya, maka ada dua hal yang dilakukan Liu Bei, yaitu mengungkap mandat terakhirnya secara terbuka dan transparan, serta mengangkat Li Yan sebagai wakil Zhuge Liang. Kapan Li Yan menjabat sebagai wakil? Enam bulan sebelum Liu Bei meninggal. Sehingga kelihatan jelas ini sudah direncanakan oleh Liu Bei.
Inilah pandangan Prof. Yi terhadap peristiwa menitipkan putra di Yong’an. Tentu ini hanyalah dugaan. Setelah putra Liu Bei dititipkan kepada Zhuge Liang, maka Shu memasuki era baru. Kita bisa menyebutnya sebagai era Zhuge Liang. Zhuge Liang mengemban amanat yang sangat berat. Ia harus membereskan hubungan segala aspek. Namun justru dalam proses inilah, Zhuge Liang menunjukkan kebolehannya sebagai politisi jenius. Hubungan apakah yang pertama harus dibereskan oleh Zhuge Liang? Menurut Prof. Yi, hubungan antara dia dan Liu Shan. Sebab, meskipun Liu Bei berpesan untuk memperlakukan Zhuge Liang sebagai ayah, namun Zhuge Liang tetaplah menteri. Bagaimana hubungan keduanya? Nantikan di episode berikutnya.
Photo credit: kanegen on VisualHunt.com / CC BY
Permisi, mau tanya apakah ketidakpercayaan Liu Bei kepada Zhao Yun baru dimulai sejak perang Yiling? Karena jika dilihat dari track 5 jendral harimau, Zhao Yun selalu mendapat pangkat rendah selain itu mendapat pekerjaan seperti bodyguard, padahal selama ini Zhao Yun hampir tidak pernah gagal menjalankan misinya. Terima kasih juga untuk analisisnya, saya baru tau kalau Li Yan termasuk salahsatu yang dipercaya Liu Bei tapi bukankah dia gagal di masa ekspedisi utara Zhuge Liang?
Maaf baru membalas. Dari yang saya baca-baca, alasan Liu Bei tidak memercayai Zhao Yun mirip dengan alasan Liu Bei tidak terlalu memercayai Zhuge Liang, yaitu sejak Liu Bei mulai menunjukkan ambisinya menjadi raja Shu. Zhao Yun memiliki cita-cita yang berbeda, yaitu merestorasi dinasti Han, dalam hal ini berarti bukan mengangkat diri menjadi raja, tetapi merestorasi kaisar Han yang sebenarnya, yang saat ini dijadikan boneka oleh Cao Cao. Sehingga pandangan Zhao Yun yang berseberangan dengan Liu Bei ini menjadikan hubungan mereka menjadi renggang. Mengenai Li Yan, akan dibahas di episode berikutnya.
Terima kasih banyak untuk jawabannya, saya akan tunggu episode berikutnya. Semoga saja dapat membahas lebih detail mengenai Shu Han.