Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (43 – 风云际会/Talenta Bertemu Kesempatan)

Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (43 – 风云际会/Talenta Bertemu Kesempatan)

Mulai episode ini, prof. Yi akan membahas Wu. Pendiri Wu adalah Sun Quan. Sun Quan membangun Wu dengan susah payah. Banyak orang menganggap Sun Quan orang yang beruntung, yaitu sejak kecil sudah mewarisi kekuasaan yang telah dirintis oleh ayah dan abangnya. Ia tak seperti Cao Cao dan Liu Bei yang harus berjuang dari nol. Namun sebenarnya tidak demikian.

Sun Quan ketika diangkat menjadi pemimpin, berada dalam posisi sangat sulit. Bagaimana kesulitannya? Sun Quan masih muda, Sun Quan sendirian, dan adanya masalah internal maupun eksternal.

Sun Quan baru berusia 18 tahun ketika menjadi pemimpin Wu. Jika berdasarkan standar kuno yaitu usia 20 tahun baru boleh mengenakan topi, maka Sun Quan bisa dibilang belum dewasa. Namun kita harus ingat juga bahwa Sun Quan ketika berumur 15 tahun sudah menjabat bupati Yangxian. Peraturan dinasti Han menetapkan bahwa pemimpin kota besar dinamakan xianling, pemimpin kota kecil adalah xianzhang. Kelihatannya Yangxian tergolong kota kecil, sehingga Sun Quan tercatat menjabat sebagai xianzhang. Dan di sini perlu diberi catatan juga bahwa Sun Quan bisa menjadi bupati tentu karena ada backing dari abangnya, Sun Ce. Tetapi biar bagaimanapun juga, usia 15 tahun sudah menjadi bupati, adalah hal yang luar biasa.

Sun Quan seorang diri. Maksudnya adalah kuasanya sendirian. Bagaimana menjelaskan hal ini? Di dalam Records of the Three Kingdoms dicatat, Sun Sheng pernah mengatakan, kekuasaan yang dirintis oleh Sun Ce itu bukanlah kekuasaan yang punya dasar moral, sehingga bersifat rapuh, tidak stabil. Mengapa? Sebab sama seperti Liu Bei ketika merebut Yizhou, kekuasaan Sun Ce di sini juga merebut wilayah orang lain. Tapi di sini mungkin ada orang yang membantah, yakni Liu Bei memang adalah orang asing di Yizhou, tetapi Sun Jian, Sun Ce dan Sun Quan semua adalah orang Wu. Mengapa bisa sama dengan Liu Bei, menjadi kekuasaan asing?

Ada dua sebab. Pertama, keluarga Sun di Wu bukanlah kelompok besar. Records of the Three Kingdoms mencatat Sun Jian lahir di keluarga yang sangat miskin. Kedua, Sun Jian membangun kekuasaannya bukan di wilayah Jiangdong, melainkan di Jiangxi di bawah Yuan Shu. Orang-orang yang direkrut oleh Sun Jian juga dari daerah itu. Setelah Sun Ce mewarisinya, mengambil pasukan dari Yuan Shu, barulah Sun Ce kembali ke Jiangdong dan mendirikan kekuasaan di sana. Dan siapakah Yuan Shu? Yuan Shu adalah orang yang mengangkat diri sendiri menjadi kaisar. Di kalangan cendekiawan di Jiangdong, orang ini dianggap bajingan yang benar-benar ngawur. Dan Sun Jian adalah anak buah Yuan Shu. Maka di mata para kaum terpandang di Jiangdong, kembalinya Sun Ce ini bukanlah pulang, melainkan sebuah invasi. Mereka menganggap Sun Ce orang asing. Apa akibat penolakan ini? Sun Ce melakukan pembunuhan besar-besaran. Sehingga kekuasaan ini dibangun dari kebrutalan dan kekerasan. Itulah sebabnya Sun Sheng mengatakan “bukan kekuasaan yang punya dasar moral”.

Sun Ce tahu hal ini. Sebelum ia meninggal, ketika ia harus menunjuk penerusnya, semua orang mengira ia akan memilih orang yang seperti dia. Ternyata Sun Ce memilih Sun Quan, yang tidak mirip dirinya. Bahkan Sun Ce jelas berkata, untuk berperang dan melancarkan ekspedisi, adik tidak sebaik kakak, tetapi untuk meraih dukungan orang, kakak tidak sebaik adik. Di sini jelas bahwa Sun Ce juga tahu ia tidak boleh terus-menerus menjalankan kekerasan.

Sebab kedua, ada pada perkataan Sun Ce saat menitipkan Sun Quan kepada Zhang Zhao. Sun Ce berpesan kepada Zhang Zhao, “jika Sun Quan tidak dapat dikendalikan, silakan Anda mengambil alih kekuasaan. Sekalipun tidak berhasil, tidak apa-apa.” Di kalimat terakhir ini Sun Ce juga berpesan, jika Sun Quan tidak berhasil, bawalah pulang pasukan ke Jiangxi. Jelas kata “pulang” di sini menunjukkan bahkan Sun Ce sendiri pun tidak menganggap Jiangdong sebagai kampung halamannya.

Ketika Sun Quan mewarisi kekuasaan, di wilayah Jiangdong masih ada kelompok etnis yang belum takluk. Sedangkan kelompok utama, kelompok terpandang di Jiangdong pun tidak mendukung Sun Quan. Bahkan ketika Sun Quan diangkat, ada seorang bernama Li Shu yang kemudian memberontak.

Sedangkan di luar, di utara waktu itu Yuan Shao dan Cao Cao sedang berperang di Guandu. Siapa pun yang menang, bagi Sun Quan sama saja buruknya. Sebab yang menang pasti berikutnya akan menyerang Sun Quan. Apalagi di sebelah masih ada Liu Biao. Maka kesimpulannya, ketika Sun Quan mewarisi tampuk kepemimpinan, kondisinya adalah, di kejauhan ada musuh menanti, di dekat sini ada musuh bebuyutan, di dalam ada konflik internal, dan diri sendiri belum punya prestasi apa pun. Betapa sulitnya beban anak muda 18 tahun ini.

Setelah Sun Ce meninggal, Sun Quan menangis tiada henti.

Kondisi ini mirip dengan kondisi saat Zhuge Liang menerima kepemimpinan Shu.

Bagaimana Sun Quan melewati masa kritis ini?

Dua orang kuncinya. Zhang Zhao dan Zhou Yu. Mereka bak pilar langit nan kokoh, mendukung Sun Quan melewati masa sulit ini.

Zhang Zhao berkata kepada Sun Quan, “Tuanku, apakah sekarang saat yang tepat untuk menangis? Lihatlah sekelilingmu, kondisi sangat berbahaya. Lagipula, seorang pewaris tahta seharusnya mengembangkan usaha yang sudah dirintis oleh ayah dan abang, bukannya menangisi keadaan. Bersemangatlah!” Lalu Zhang Zhao sendiri membantu Sun Quan naik ke atas kuda, untuk pergi melakukan inspeksi pasukan. “Biar mereka semua tahu, kita sekarang punya pemimpin yang baru!” Lalu Zhang Zhao memimpin orang-orang lain mendukung Sun Quan.

Bagaimana dengan Zhou Yu? Zhou Yu bergegas kembali, dan sejak itu berada di samping Sun Quan untuk membantunya. Zhou Yu pula yang memimpin para bawahan untuk menyadari dan memandang Sun Quan sebagai pemimpin utama, bukan sekadar atasan biasa. Zhou Yu memulainya dari dirinya sendiri, menunjukkan dirinya adalah bawahan dari Sun Quan. Hal ini memiliki makna yang sangat besar.

Jika kita melihat wilayah Wu, ada kemiripan dengan Shu. Wu juga disusun oleh tiga kubu kekuatan. Kubu pertama adalah orang-orang peninggalan Sun Jian dan Sun Ce, yaitu orang-orang yang berasal dari Jiangxi. Kita sebut kelompok ini kelompok Huaisi. Kelompok ini terdiri dari pengikut lama Sun Jian: Cheng Pu, Huang Gai dan Han Dang. Sebagian lagi adalah pengikut lama Sun Ce: Jiang Qin, Zhou Tai dan Chen Wu. Mereka semua bukan orang Jiangdong. Tokoh yang mewakili kelompok ini adalah Zhou Yu. Kubu kedua adalah orang-orang yang mengungsi dari utara. Tokoh-tokohnya adalah Zhang Zhao, Zhuge Jin, Bu Zhi, Zhang Hong, Yan Jun, Shi Yi. Meskipun mereka tidak berkumpul menjadi satu, namun mereka adalah sebuah kekuatan politik. Kubu ketiga adalah orang-orang Jiangdong. Kubu pertama berhaluan agresif. Kubu kedua berhaluan domestik. Kubu ketiga berhaluan uang. Ketiga kubu ini harus disatukan. Maka ketika Zhou Yu menyatakan mendukung Sun Quan, paling tidak kubu agresif sudah ada di tangan Sun Quan. Demikian pula dengan Zhang Zhao yang mewakili kubu domestik. Namun harus dicatat bahwa waktu itu yang mendukung barulah Zhang Zhao dan Zhang Hong saja. Baru setelah mereka mendukung, orang-orang lain seperti Zhuge Jin dan kawan-kawan datang mendukung Sun Quan. Kini tinggal kubu haluan uang saja.

Kubu ketiga ini sangat penting. Karena Wu berada di Jiangdong, sehingga sudah tentu memerlukan dukungan orang-orang lokal. Salah satu faktor utama penyebab hancurnya Shu adalah tidak adanya dukungan dari orang lokal. Kubu Yizhou selalu curiga dan sulit bekerjasama. Kondisi ini bisa terjadi juga di Wu, jika Sun Quan tidak mampu menggandeng kelompok Jiangdong. Meminjam istilah prof. Tian Yuqing, Sun Quan harus menjalankan proses “Jiangdongisasi”. Ketika kita maju ke depan melihat Sun Quan saat mengangkat diri menjadi kaisar Wu, yang menjadi perdana menteri adalah Gu Yong, sedangkan yang menjadi panglima adalah Lu Xun. Mereka berdua adalah orang Jiangdong. Maka proses “Jiangdongisasi” ini berhasil.

Dalam hal ini ada satu orang lagi yang penting di sini, yaitu Lu Su. Lu Su direkomendasikan oleh Zhou Yu. Apa pentingnya Lu Su? Pertama adalah identitas. Lu Su adalah orang Jiangxi. Dalam hal ini, ia memiliki suara yang sama dengan kubu Huaisi. Di sisi lain, Lu Su juga merupakan bagian dari kubu pengungsi dari utara. Maka, ia juga memiliki suara yang sama dengan Zhang Zhao dan kawan-kawan. Lalu Lu Su juga tidak menyukai Yuan Shu. Lu Su menolak jabatan yang diberikan oleh Yuan Shu dan pergi bergabung dengan Zhou Yu. Dalam hal ini, sebagai musuh Yuan Shu, ia memiliki suara yang sama dengan kubu Jiangdong. Lu Su adalah orang yang mampu berpijak pada ketiga kubu tersebut.

Kedua, momen. Kita tahu bahwa kondisi ketika Sun Quan mewarisi tahta adalah sangat kritis. Ketika Lu Su datang ke Jiangdong bersama Zhou Yu, Lu Su TIDAK bergabung menjadi bawahan Sun Ce. Ini hal yang sangat penting dan menarik. Sebagai pembantu Zhou Yu, mengapa Lu Su tidak sekaligus membantu Sun Ce? Setelah Sun Ce meninggal pun, sebenarnya Lu Su tidak berencana membantu Sun Quan. Ini menunjukkan bahwa kubu pengungsi dari utara saat itu belum mendukung Sun Quan. Begitu Lu Su akhirnya memutuskan membantu Sun Quan, ini menjadi sinyal bagi kubu pengungsi utara. Ini momen yang pas. Bahkan ketika Lu Su bergabung dengan Sun Quan, ia langsung membicarakan strategi bagaimana Sun Quan menjadi kaisar dan menyatukan tianxia. Bukankah ini menunjukkan kekuatan dukungan yang cukup besar?

Ketiga, jalur. Umumnya, orang-orang dari kubu pengungsi utara bergabung dengan Sun Quan melalui rekannya yang juga dari kubu pengungsi utara. Misalnya, Yan Jun diperkenalkan oleh Zhang Zhao. Sedangkan Lu Su, ia diperkenalkan oleh Zhou Yu yang notabene dari kubu Huaisi. Di sini keistimewaannya. Bahkan Lu Su akhirnya menjabat di bagian militer. Padahal kita tahu bagian ini umumnya dijabat oleh kubu Huaisi. Maka hadirnya Lu Su meruntuhkan sekat-sekat antar kubu di Wu. Ia menghasilkan sinergi dan harmoni antar kubu.

Pengganti Lu Su adalah Lü Meng. Jabatan yang penting di Wu adalah pemimpin penjaga daerah hulu. Siapakah yang pernah memegang jabatan ini? Zhou Yu, Lu Su, Lü Meng, dan Lu Xun. Mereka berempat adalah empat jenderal inti dari Wu.

Mari kita lihat identitas Lü Meng. Lü Meng bukan orang Jiangdong. Lü Meng ketika muda tidak rajin belajar. Maka ia juga tidak tergolong kubu pengungsi utara yang umumnya cendekiawan. Lalu Lü Meng meskipun sudah ikut Sun Ce dari awal, tetapi jabatannya waktu itu sangat rendah. Sehingga ia juga tidak sama dengan orang-orang di kubu Huaisi. Maka jika Lu Su adalah orang yang merupakan gabungan dari elemen ketiga kubu, Lü Meng adalah justru orang tidak punya elemen kubu manapun. Kesimpulannya, baik Lu Su maupun Lü Meng adalah orang yang bukan murni dari salah satu kubu. Keduanya punya warna abu-abu. Sehingga mereka bisa bergabung dengan kubu manapun.

Di sini jelaslah alur perubahan para pejabat penjaga daerah hulu. Dari Zhou Yu yang murni kubu Huaisi, hingga Lu Su dan Lü Meng yang abu-abu, sampai Lu Xun yang merupakan kubu Jiangdong, menunjukkan proses “Jiangdongisasi” bertahap berhasil dijalankan. Kekuatan yang semula berasal dari kubu luar, secara bertahap berubah menjadi murni mengandalkan kubu lokal. Inilah jalan Sun Quan mengembangkan Wu.

Namun tentu ini hanyalah analisis yang kita lakukan setelah kita mengetahui semua jalan cerita lewat sejarahnya. Bagaimana dengan keadaan Sun Quan saat itu? Barangkali saat itu hanyalah sebuah kesempatan yang muncul tepat pada orang yang tepat. Hanyalah sebuah pilihan. Kita lihat ketika Zhou Yu menasehati Lu Su, “Sekarang tianxia sedang kacau. Namun justru ini adalah momen yang paling tepat bagi kita untuk memulai perjuangan. Di saat ini pemimpin bisa memilih anak buah. Sebaliknya, anak buah pun bisa memilih pemimpin.” Di mata Zhou Yu, Sun Quan adalah pemimpin yang tepat. Zhou Yu menganggap, bila ia dan Lu Su bergabung dengan Sun Quan, mereka akan mampu meraih prestasi gemilang.

Mengapa Sun Quan layak dipilih? Nantikan episode berikutnya.

 

 

sumber gambar: 孙权像(图片:〔唐〕阎立本绘画局部)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *