Teknik Pengobatan Tiongkok Kuno - Akupunktur

Akupunktur adalah metode pengobatan sederhana dan efektif yang sudah dikenal masyarakat umum. Akupunktur merupakan warisan budaya Tiongkok yang sangat berharga. Sejak zaman purba, orang telah menemukan cara pengobatan dengan memanasi bagian tubuh tertentu menggunakan batu yang dipanaskan. Ini adalah cara pengobatan dengan pemanasan yang pertama kali ada. Menurut catatan buku-buku kuno, orang pernah memakai pinus, cemara, bambu, elm, murbei, jujube dan lain-lain yang dipanaskan kemudian ditempelkan di bagian tubuh tertentu untuk mengobati penyakit yang berbeda(dinamakan “pemanasan delapan kayu”). Di kemudian hari cara ini berubah menggunakan daun, dan cara ini terus diwariskan turun-temurun, hingga menjadi metode moxibustion yang kita kenal sekarang ini.

Asal-usul akupunktur bisa ditelusuri dari teknik pengobatan penyedotan darah. Metode ini bukan hanya ada di Tiongkok, melainkan juga digunakan di berbagai bangsa di dunia. Tetapi kenapa metode tusuk jarum ini berkembang di Tiongkok dan menjadi terkenal di seluruh dunia? Ini berhubungan dengan ditemukannya sistem meridian.

Sistem meridian paling tua tercatat di dalam penemuan arkeologi di makam dinasti Han di Mawangdui. Meskipun waktu itu dicatat dengan sederhana dan kasar, tetapi di dalam buku selanjutnya yaitu Inner Canon of Yellow Emperor (Huangdi Neijing), telah menjadi sistem yang lengkap. Karena dinasti Han telah memiliki ilmu sistem meridian, maka teknik akupunktur telah melepaskan diri dari teknik pengobatan berbasis pengalaman yang telah kuno, dan menuju teori kedokteran yang lebih maju.

Di dalam catatan buku penemuan arkeologi Mawangdui, hanya ditemukan penggunaan metode moxibustion, sedangkan metode tusuk jarum baru ditemukan kemudian—belum adanya teknologi logam, tidak dapat menciptakan jarum halus dan keras yang cocok. Inner Canon of Yellow Emperor yang dicatat pada dinasti Han telah menuliskan alat jarum kuno—terdiri dari sembilan jarum:

  1. Jarum bundar(badan jarum berbentuk batang yang bundar, kepala jarum berbentuk oval), terutama digunakan untuk pemijatan titik akupunktur.
  2. Jarum runcing(badan jarum bundar, ujung jarum berbentuk prisma segitiga, memiliki mata jarum yang runcing), digunakan untuk menyedot darah.
  3. Jarum bundar tajam(badan jarum agak kasar, ujung jarum bundar dan runcing), digunakan untuk tusukan darurat.
  4. Jarum lanjam(kepala jarum besar dan runcing, seperti panah), cocok untuk tusukan yang tidak dalam.
  5. Jarum halus(badan jarum halus, seperti rambut), penggunaannya sangat luas.
  6. Jarum ti(badan jarum besar, ujung jarum agak tumpul), digunakan untuk menekan.
  7. Jarum berili(badan jarum seperti pedang, memiki dua mata), digunakan untuk membelah dan membuang nanah.
  8. Jarum besar(badan jarum agak besar, ujung jarum agak bundar), kadang digunakan untuk sakit bagian persendian.
  9. Jarum panjang(terbesar di antara 9 jarum ini, kira-kira 20 cm), digunakan untuk menusuk otot dengan lemak yang tebal.

Dari jarum-jarum di atas kita bisa mengetahui, ahli akupunktur Tiongkok di zaman kuno berhubungan erat dengan ahli bedah.

Awal dinasti Jin Barat, sastrawan terkenal Huangfu Mi menderita sakit sampai salah satu kakinya lebih pendek. Ia berkali-kali menolak menjadi pejabat, berkonsentrasi menulis buku. Selain Imperial Century(Di Wang Shiji) dan buku-buku sejarah lainnya, Huangfu Mi juga memperbaiki beberapa buku kedokteran di masa itu, dan memilih dari antaranya teori yang berhubungan dengan akupunktur menjadi buku Zhenjiu Jia Yi Jing. Buku ini adalah buku tentang akupunktur pertama di dalam sejarah kedokteran Tiongkok. Zhenjiu Jia Yi Jing menjadi buku klasik di dalam ilmu akupunktur, ia tidak hanya dipelajari turun-temurun, juga disebarkan ke luar negeri, sampai sekarang masih menjadi buku referensi bagi dunia akademik serta klinik akupunktur.

Buku-buku akupunktur di masa dinasti Jin dan dinasti Utara Selatan kebanyakan telah hilang. Ahli kenamaan dinasti Tang, Wang Tao, ketika menulis Waitai Miyao, hanya mencatat moxibustion, tidak mencatat tusuk jarum. Buku ini berpengaruh besar bagi generasi berikutnya. Sampai dinasti Song, Lin Yi dan kawan-kawan ketika membenahi buku-buku kedokteran, menunjukkan “menggunakan moxibustion tetapi tidak menggunakan tusuk jarum, adalah kelemahan dalam kedokteran” di dalam buku Wang Tao, maka sejak itu teknik tusuk jarum barulah diperhatikan. Demi membangkitkan kembali akupunktur, Wang Weiyi dari dinasti Song menulis tiga jilid buku “Bagan Titik Akupunktur Manusia Tembaga”, disebarkan ke seluruh propinsi, dijadikan prasasti. Selain itu, Wang Weiyi juga mendesain manusia tembaga, dibuat mirip manusia asli, dengan segala organ tubuhnya, dan diukir dengan nama-nama titik akupdapatkan nilai. Alat ini sangat bermanfaat bagi pembelajaran akupunktur. Di masa perang antara dinasti Song dan Jin, manusia tembaga dan prasasti dirampas oleh tentara Jin dan dibawa ke utara.

Pada dinasti Ming, akupunktur sangatlah mendunktur, dengan lubang pada titiknya. Titik-titik itu dilapisi dengan lilin, di dalamnya diberi air, digunakan untuk berlatih menusuk titik akupunktur bagi siswa. Jika tusukannya tepat dan air keluar dari titik tersebut, siswa tersebut boleh menapat tempat. Pernah dibuat manusia tembaga yang diletakkan di rumah sakit. Ahli kedokteran Ming, Gao Wu, juga pernah membuat manusia tembaga sebanyak tiga buah, laki-laki, perempuan, anak, namun belum sempat disebarluaskan. Buku Gao Wu, Zhenjiu Ju Ying, adalah buku tentang akupunktur yang terkenal di masa itu.

Ahli kedokteran terkenal, Li Shizhen, mempelajari sistem meridian akupunktur. Ketika meneliti buku-buku kedokteran kuno tentang “delapan aliran meridian”, ia kemudian menulis buku Qi Jing Ba Mai Kao. Li Shizhen berpendapat bahwa hubungan antara qijing dan zhengjing adalah bagaikan danau dan sungai, air sungai(zhengjing) banyak yang meluap ke danau(qijing).

Sejak reformasi dan keterbukaan Tiongkok, ilmu akupunktur terus berkembang, banyak dokter akupunktur pergi ke luar negeri untuk mengobati, mengajar, bertukar pikiran, sehingga ilmu ini semakin terkenal di dunia.

(Diterjemahkan dari Overseas Chinese Language and Culture Education Online)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *