Asal Usul Barongsai

Asal Usul Barongsai

Barongsai merupakan kesenian tradisional Tionghoa yang istimewa. Tiap kali perayaan Cap Go Meh atau perayaan lainnya, barongsai selalu tampil memeriahkan suasana. Barongsai hingga kini telah memiliki sejarah 1000 tahun lebih. Barongsai di masa lampau disebut “Taipingle” (gembira damai). Pada dinasti Tang (tahun 618-907), barongsai mengalami perkembangan pesat. Saat itu barongsai telah menjadi atraksi wajib pada tahun baru Imlek dan sebagainya.

Dalam perkembangannya selama 1000 tahun lebih, barongsai terbagi menjadi dua gaya, yakni gaya utara dan gaya selatan. Barongsai utara lahir paling awal. Konon pada dinasti Wei Utara (tahun 386-534), kaisar melakukan ekspedisi jauh ke Gansu, memperoleh tawanan orang Hu sebanyak 100.000 orang lebih. Kaisar Wei memerintahkan orang Hu mempersembahkan atraksi sebagai hiburan. Orang Hu memakai kepala binatang dari kayu, dua besar dan lima kecil, mengenakan baju binatang, dan diiringi musik, serta prajurit sebanyak 30 orang lebih, menari di hadapan kaisar. Kaisar sangat senang, menyebut atraksi ini sebagai “Singa Keberuntungan Wei Utara”, lalu membebaskan para tawanan tersebut. Maka tarian ini pun berkembang menjadi barongsai di Tiongkok utara, menjadi cikal bakal barongsai utara.

Barongsai utara mengutamakan penampilan “singa ksatria”, yaitu “singa keberuntungan” yang disebut oleh kaisar Wei. Singa yang kecil ditarikan oleh satu orang. Singa yang besar ditarikan oleh dua orang, satu orang berdiri sebagai kepala singa, orang yang lain membungkukkan badan menjadi tubuh serta ekor singa. Singa-singa ini dipandu oleh “pemandu singa” untuk memperagakan gerakan bersalto, melompat, memberi hormat, dan sebagainya. Ditambah lagi atraksi seperti slalom, naik meja, bermain bola dan atraksi dengan tingkat kesulitan tinggi yang lainnya.

Barongsai selatan memiliki beberapa mitos, di antaranya pada dinasti Qing (tahun 1644-1911) kaisar Qianlong sedang berkunjung ke Jiangnan, ia bermimpi bertemu dengan sebuah makhluk berkepala warna warni, datang memberi hormat kepadanya. Sekembalinya ke Beijing, kaisar Qianlong memerintahkan orang membuat makhluk yang ia jumpai di mimpi tersebut. Dan setiap hari raya, makhluk tersebut ditarikan, sebagai lambang kesejahteraan.

Barongsai selatan mengutamakan penampilan “singa terpelajar”. Saat tampil, sangat memperhatikan ekspresi, seperti menggaruk badan, menjilat badan dan sebagainya. Gerakan-gerakan ini sangat hidup, dan disukai para penonton. Karena singa dianggap sebagai raja para binatang, dengan bentuk yang gagah, maka orang di zaman kuno menjadikannya lambang keberanian dan kekuatan, dapat mengusir roh jahat, melindungi rakyat. Sehingga muncullah tradisi atraksi barongsai saat perayaan seperti Cap Go Meh dan sebagainya, sebagai bentuk harapan atas kehidupan yang bahagia dan damai.

(Diterjemahkan dari Chinese Language and Culture Education Online)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *