Jenderal Terkenal Tiga Negara oleh Fang Beichen (Cao Cao 01 – 乱世英雄/Pahlawan Zaman Kekacauan

Pembahasan Jenderal Terkenal Tiga Negara oleh Prof. Fang Beichen diawali dengan seorang tokoh yang unik dan penting, ia adalah perdana menteri Han Timur, namun sekaligus juga pendiri dinasti Wei. Tentu kita semua sudah kenal dengan tokoh ini, dia adalah Cao Cao.

Cao Cao adalah politikus sekaligus ahli militer. Ia juga seorang sastrawan, penyair yang agung.

Tetapi di pembahasan kita kali ini, akan fokus pada keahlian militer Cao Cao.

Sebelum membahas kemampuan militernya, kita perlu menjelaskan dulu, orang seperti apakah Cao Cao. Pertama, latar belakang keluarga Cao Cao yang membawa psikis negatif. Kedua, untuk menghilangkan kesan negatif ini, apa yang telah dilakukan oleh Cao Cao? Ketiga, Cao Cao sebenarnya pahlawan sejati atau pahlawan yang licik? Keempat, mengapa pada akhirnya Cao Cao mengambil jalan sendiri, tak lagi meneruskan sistem dinasti Han?

Prof. Fang membahas masalah pertama dulu. Kakek Cao Cao bernama Cao Teng. Cao Teng adalah seorang kasim terkenal di masa pemerintahan kaisar Huan Di. Cao Teng memiliki dua jabatan yang paling menonjol, yaitu pelayan istana, dan kepala pengawas istana. Pelayan istana, sesuai namanya, adalah pelayan yang bekerja sangat dekat dengan kaisar. Kepala pengawas istana, adalah pengawas utama pada istana permaisuri. Dari sini kita dapat melihat bahwa Cao Teng di satu sisi melayani kaisar, di sisi lain melayani permaisuri. Ia melayani baik di istana kaisar maupun di istana permaisuri. Ini adalah kekuasaan yang sangat besar. Sehingga Cao Teng selain adalah pejabat, juga adalah markis (侯).

Namun sayang, seorang kasim tidak punya kemampuan biologis untuk melanjutkan keturunan. Tapi tentu dengan jabatan yang sangat mentereng ini, Cao Teng tak ingin tak punya keturunan. Maka ia mengambil anak angkat. Anak ini adalah yang kemudian menjadi ayah Cao Cao, yaitu Cao Song.

Ketika Cao Song dewasa, ia pun dapat memasuki dunia pemerintahan. Mengandalkan jaringan dan uang dari ayah angkatnya, maka muluslah karier politik Cao Song. Pada masa kaisar Ling Di, ia membeli jabatan dengan nominal yang sangat besar. Huan Di dan Ling Di memang adalah kaisar yang kacau. Di zaman Ling Di, jabatan dapat diperjualbelikan.

Jabatan yang dibeli oleh Cao Song tidak main-main, yaitu Panglima Besar. Jabatan yang sangat tinggi ini dibeli dengan uang berjumlah sangat besar. Cao Song sebelum membeli jabatan ini, ia memiliki jabatan Bendahara Agung. Dengan jabatan yang berkecimpung sangat dekat dengan uang dan harta ini, maka tak heran Cao Song dapat memiliki uang sangat besar untuk membeli jabatan Panglima Besar.

Dengan latar belakang keluarga seperti itu, Cao Cao sebenarnya tidak ada masalah jika ingin hidup menganggur hanya makan tidur seumur hidup. Namun Cao Cao sebaliknya memilih menempuh jalur karier dari bawah. Dengan usaha sendiri berusaha meniti karier. Tetapi pilihan ini membawa Cao Cao pada masalah, yaitu latar belakang keluarganya itu.

Mengapa?

Pada dinasti Han Timur, ada tiga pilar penyusun kekuasaan istana. Pertama adalah keluarga kerajaan dari pihak permaisuri, kedua adalah kasim, ketiga adalah shi, kaum terpelajar. Kelompok shi ini adalah yang paling kuat, karena tradisi Konfusianisme yang sudah turun temurun. Kelompok shi sangat anti terhadap kelompok kasim. Ada tiga sebab, pertama karena kelompok kasim sangat dekat dengan kaisar, sehingga berpengaruh besar atau bahkan mengendalikan kaisar. Ini berlawanan dengan konsep kesetiaan yang diajarkan Konfusianisme. Kedua, diskriminasi biologis. Pada dinasti Han, seorang pria yang dikebiri merupakan bentuk penghinaan yang paling besar. Ketiga, perebutan kekuasaan. Kelompok kasim yang semakin kuat, merupakan ancaman bagi kelompok shi yang menempuh jabatan setahap demi setahap dari bawah.

Jadi hal-hal ini harus dihadapi Cao Cao jika ia memilih meniti karier dari bawah.

Cao Cao adalah orang yang tidak begitu saja menyerah pada nasib, sehingga ia mengambil dua tindakan. Pertama, ia mendekat pada kelompok shi. Konkretnya, ia mencari orang di kelompok shi yang paling berpengaruh. Siapakah orang ini? Dia adalah Xu Shao. Ia adalah orang yang menentukan dalam penilaian pejabat. Orang yang dinilai baik oleh Xu Shao, biasanya kariernya akan melaju pesat. Sistem penilaian oleh kelompok shi ini juga merupakan metode untuk mengeliminasi orang-orang yang berseberangan dengan mereka.

Cao Cao mendekati Xu Shao, memberikan hadiah, lalu meminta Xu Shao menilai dirinya. Xu Shao memberikan penilaian buruk. Penilaian ini sebenarnya bukan menilai pribadi Cao Cao, melainkan menilai latar belakang keluarga Cao Cao. Waktu itu Cao Cao baru berusia dua puluhan, sehingga belum ada prestasi yang bisa dinilai pada dirinya.

Maka Cao Cao menggunakan cara yang lebih keras agar Xu Shao memberikan penilaian yang baik. Konkretnya tidak dicatat di buku sejarah. Akhirnya Xu Shao memberikan penilaian, “Cao Cao adalah seorang pahlawan licik dalam situasi negara damai, tetapi adalah seorang pahlawan sejati dalam situasi negara kacau.”

Mendengar penilaian ini, dicatat bahwa Cao Cao sangat gembira dan pergi.

Dari hal ini kita dapat menyimpulkan orang seperti apakah Cao Cao. Pertama, ia orang yang tidak akan menyerah sebelum mencapai apa yang ia mau. Kedua, ia mampu menggunakan segala cara untuk mencapai apa yang ia inginkan.

Dengan adanya penilaian oleh Xu Shao ini, maka usaha pertama yang dilakukan Cao Cao bisa dibilang berhasil.

Namun penilaian Xu Shao ini memiliki versi yang berbeda di catatan sejarah yang lain. Di sini ditulis: Jika situasi damai, maka Cao Cao adalah menteri yang cakap; tetapi bila situasi kacau, Cao Cao adalah pahlawan licik.

Dari dua versi ini, yang manakah yang paling mewakili Cao Cao?

Beberapa pakar setuju bahwa Cao Cao adalah pahlawan sejati. Mengapa? Pertama, istilah “pahlawan sejati” / 英雄 (yingxiong) adalah istilah yang umum digunakan untuk menilai orang pada saat itu. Kedua, situasi negara yang terpecah belah saat itu membuat banyak orang menyebut diri pahlawan. Cao Cao pun demikian.

Prof. Fang juga setuju Cao Cao adalah pahlawan sejati. Namun prof. Fang menambahkan tiga alasan. Pertama, Cao Cao menyebut diri sendiri pahlawan. Ini ketika ia berbincang dengan Liu Bei, di mana ia menyebutkan bahwa pahlawan di dunia ini hanya dia dan Liu Bei saja. Di sini jelas Cao Cao tidak menyebut diri “pahlawan licik”.

Kedua, catatan tentang “pahlawan sejati” terdapat pada Hou Han Shu (The Book of the Later Han), yang memiliki validitas sejarah lebih tinggi.

Ketiga, makna kata memiliki perubahan seiring berjalannya waktu. Dari manakah asal kata “pahlawan licik” (jianxiong) ini? Ia berasal dari tulisan Xun Zi. Di tulisan Xun Zi, istilah jianxiong ini mengacu kepada penjahat besar. Tetapi istilah jianxiong di zaman sekarang, dimaknai sebagai pahlawan licik. Artinya, Cao Cao seorang yang licik, tetapi ia masih pahlawan. Sehingga, ada pergeseran makna dari yang dulunya benar-benar negatif, menjadi sedikit negatif. Sangat berbeda dengan makna semula yang ditulis oleh Xun Zi. Bahkan Xun Zi menulis, seorang pemimpin harus terlebih dahulu membasmi habis jianxiong, baru kemudian mendidik/mengubah penjahat-penjahat biasa. Ini menunjukkan makna jianxiong awal yang benar-benar adalah penjahat luar biasa, yang tidak bisa dibuat bertobat.

Nah, jika Xu Shao menyebut Cao Cao sebagai jianxiong, yang waktu itu artinya adalah penjahat besar, tak mungkin Cao Cao sangat gembira.

Maka dari semua alasan ini, prof. Fang setuju bahwa Cao Cao adalah pahlawan sejati, bukan jianxiong.

Tak lama setelah menemui Xu Shao, Cao Cao memulai kariernya dengan jabatan pertamanya, yaitu Komandan Utara Luoyang. Ia bertugas mengatur keamanan. Jabatan ini cukup signifikan karena merupakan jabatan resmi pertama Cao Cao.

Siapakah yang merekomendasikan Cao Cao untuk jabatan ini?

Ayah dari Sima Yi, yaitu Sima Fang. Ia adalah Konfusian dari latar belakang keluarga pejabat, seorang penting dari kelompok shi. Rekomendasi ini menunjukkan bahwa penilaian Xu Shao memang berpengaruh besar.

Hal berikutnya yang dilakukan Cao Cao adalah memasang puluhan tongkat di kantor ia menjabat. Ini merupakan penegasan Cao Cao akan menindak tegas pelanggar hukum. Sebenarnya maksud Cao Cao adalah ia ingin memutuskan hubungan dengan kelompok kasim. Dan orang yang ia incar adalah paman dari Jian Shuo, seorang kasim muda yang sedang naik daun waktu itu. Paman Jian Shuo memang melanggar peraturan dan ditangkap.

Namun, langkah Cao Cao ini tentu mendapat perlawanan balik. Sehingga ia pun dimutasi dan berpindah-pindah jabatan. Hingga akhirnya ia diberi jabatan di bawah Jian Shuo. Ini tentu bertentangan dengan misi Cao Cao yang ingin memutus hubungan dengan kelompok kasim.

Pada saat ini kondisi negara mengalami pergolakan hebat. Cao Cao pun memutuskan untuk tidak lagi menempuh jalan berkarir resmi seperti ini, tetapi ia akan menempuh jalan menggalang kekuatan militer.

Kita akan simak kelanjutannya di episode selanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *