Kunci Sukses Belajar Bahasa Mandarin: (1) Banyak Membaca

Saya menghadiri sebuah seminar dengan pembicara seorang profesor dari Shanghai beberapa tahun yang lalu. Dalam seminar itu, beliau melontarkan pertanyaan menarik, lebih baik mana, menjadi seorang yang bisu tapi tidak buta huruf, atau buta huruf tapi bisa bicara (bahasa Mandarin)? Dan jawaban beliau cukup mengejutkan saya. Beliau lebih memilih bisu daripada buta huruf. Bagi beliau, dapat membaca dan menulis bahasa Mandarin jauh lebih penting daripada mendengar dan berbicara. Setelah cukup lama memikirkannya, saya merasa pandangan ini ada benarnya.

1. Membaca adalah input yang baik

Selain mendengar, membaca juga merupakan proses input dalam belajar bahasa. Namun membaca memiliki kelebihan dibanding mendengar. Yang paling mencolok tentu adalah membaca sekaligus membuat kita mengenal dan mempelajari Hanzi (karakter Mandarin). Ini tak kita dapatkan ketika mendengar. Jadi input yang diberikan oleh membaca ada dua hal, teks tersebut, dan Hanzinya.

Selain itu, melalui bacaan yang bermutu, kita dapat belajar budaya maupun hal-hal lain di luar bahasa itu sendiri. Bahasa tulis Mandarin memiliki nilai budaya yang lebih tinggi daripada bahasa lisan. Salah satu bentuknya adalah penggunaan chengyu, yang sarat dengan latar belakang sejarah dan budaya, serta penggunaan bahasa Tionghoa klasik, yang juga mengandung nilai sejarah dan budaya. Memahami budaya bangsa lain, akan membantu kita menjalin relasi lebih baik, yang menguntungkan kedua belah pihak.

Orang-orang yang berada di puncak karir, seperti Bill Gates, umumnya banyak membaca. Bahkan Bill Gates memberikan ulasan mengenai buku-buku yang ia anggap paling baik yang telah ia baca per tahunnya. Nah, kalau orang-orang yang sudah kaya raya dan pakar saja masih banyak membaca, apalagi kita, perlu lebih banyak lagi membaca. Tentu membaca bacaan yang bermutu ya, bukan baca medsos.

2. Membaca bisa lebih berguna dari mendengar dan berbicara

Waktu saya dan rekan pergi ke Thailand beberapa waktu lalu, kami sempat kebingungan mencari tempat untuk naik bus di bandara Thailand. Rekan saya bertanya ke orang-orang di sana, dan anehnya jawaban yang didapat malah menyesatkan. Padahal apa yang kita cari sebenarnya bisa diperoleh hanya dengan membaca penunjuk arah dengan teliti. Ini adalah satu contoh sederhana bahwa kadang-kadang, membaca itu lebih berguna daripada berbicara dalam hal memperoleh informasi.

Informasi yang kita dapat melalui komunikasi lisan, kadang-kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tetapi informasi yang kita dapatkan dari membaca bacaan yang baik, relatif lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Paling tidak, teks yang sudah tercetak tidak dapat diubah-ubah, sehingga para pembaca dapat menilai kebenarannya dengan lebih obyektif. Lain halnya dengan ucapan lisan, yang apabila tidak direkam, tentu tidak dapat lagi diulang, sehingga sulit ditelaah kebenarannya.

Berkomunikasi lisan dengan orang Tiongkok pun sama. Tiongkok yang begitu luas, memiliki bahasa daerah yang sangat beragam. Logat orang Tiongkok berbicara pun bervariasi. Ini tentu menyulitkan bagi kita dalam memahami mereka berbicara. Tetapi melalui Hanzi, komunikasi dapat terjalin tak peduli daerah maupun logat orang tersebut. Di sini tentu diperlukan kemampuan membaca dan menulis. Contohnya adalah penggunaan media sosial seperti Wechat. Meskipun Wechat memiliki fitur komunikasi lisan, tetapi tetap saja cara komunikasi yang paling praktis adalah dengan mengetik dan membaca. Ini pun berlaku untuk media sosial yang lain. Di era informasi sekarang ini, membaca merupakan kemampuan yang sangat penting.

3. Membaca adalah modal untuk menulis

Seseorang dianggap ahli berbahasa Mandarin umumnya dilihat melalui kemampuannya dalam menulis. Menulis merupakan kemampuan tertinggi seseorang dalam perjalanannya mempelajari suatu bahasa. Kita sudah menyinggung bahwa bahasa tulis Mandarin memiliki nilai budaya yang lebih kental. Untuk dapat menulis dengan baik, kita perlu banyak membaca. Bahan kita menulis didapat dari membaca.

Sekali lagi, di era informasi ini, tukar menukar informasi praktis dilakukan lewat proses baca dan tulis. Sudah tentu menulis dengan baik menjadi sebuah skill yang amat diperlukan. Sarana komunikasi secara online dengan orang yang berbahasa Mandarin yang paling praktis pun lewat menulis. Entah itu email maupun chatting.

4. Sumber bacaan bahasa Mandarin

Lalu dari mana kita mendapatkan bacaan bahasa Mandarin di Indonesia ini? Hampir tidak ada buku Mandarin yang dijual di toko buku, selain kamus dan buku pelajaran, bukan?

Salah satu sumber yang dapat kita akses sekarang juga adalah surat kabar berbahasa Mandarin. Bahkan kita dapat membacanya dengan gratis, asalkan kita punya koneksi internet. Guoji Ribao dan Qiandao Ribao adalah contohnya. Silakan bertandang ke situs surat kabar tersebut. Atau bila perlu ya berlangganan. Setahu saya lebih murah dibanding koran mainstream. Melalui koran, Anda sudah memiliki sumber bacaan bermutu tiap hari.

Buku-buku bahasa Mandarin dapat juga dicari di internet. Entah itu membelinya melalui online shop, atau browsing dan membacanya secara online. Media sosial seperti Wechat menyediakan banyak akun yang bisa kita follow untuk mendapatkan artikel-artikel setiap harinya. Ini juga dapat menjadi sumber bacaan.

Jadi tidak ada lagi alasan bahwa bahan bacaan bahasa Mandarin di Indonesia ini susah ditemukan.

Demikianlah, bagi saya membaca adalah kunci utama menguasai bahasa Mandarin. Orang umumnya beranggapan bahwa Hanzi itu komponen yang paling sulit dalam bahasa Mandarin. Nah, justru karena itulah, dengan banyak membaca, asumsi ini dapat kita patahkan. Jika Hanzi tidak lagi merupakan kesulitan, tentu bahasa Mandarin menjadi mudah bukan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *