Pada awal dinasti Ming, Tiongkok adalah salah satu negara paling…
Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (20 – 兵临城下/Musuh Tiba di Gerbang Kota)
Dalam episode sebelumnya kita telah melihat bagaimana Jingzhou adalah sebuah wilayah strategis yang diperebutkan oleh banyak pihak. Pada musim semi tahun Jian’an ke-13, Sun Quan bergerak lebih dulu. Kita tahu strategi “Longzhong” versi Lu Su, yang menempatkan Jingzhou sebagai wilayah yang harus dikuasai. Sun Quan menerima strategi ini, dan ia mulai dengan menyerang ke barat memukul kalah Huang Zu. Kemenangan Sun Quan ini membuat Cao Cao gatal, karena ia tahu benar bahwa begitu Sun Quan menguasai Jingzhou, kondisi negara ini akan berubah besar-besaran. Cao Cao tidak ingin Sun Quan mendapatkan Jingzhou. Cao Cao sendiri sangat ingin menguasai Jingzhou, yang tercermin dari empat hal yang dilakukannya: (1) melatih pasukan air, (2) mengangkat diri sendiri sebagai perdana menteri, (3) memerintahkan Zhang Liao, Yu Jin, Yue Jin melindungi Xuchang, (4) meredam Ma Teng di Guanzhong. Setelah melakukan serangkain persiapan ini, bulan ke-tujuh tahun Jian’an ke-13, Cao Cao memimpin pasukan hendak merebut Jingzhou.
Bulan delapan, Liu Biao meninggal setelah sakit keras. Menurut Records of the Three Kingdoms, dalam kutipan dari Book of Wei, dikatakan Liu Biao saat hendak meninggal pernah hendak menyerahkan Jingzhou kepada Liu Bei, dengan alasan bahwa kedua putranya bukanlah orang-orang yang mampu memimpin Jingzhou. Liu Bei menolak permintaan ini, dengan alasan Liu Biao adalah orang yang bermoral, tidak layak baginya merebut kekuasaan orang itu. Menurut Pei Songzhi, catatan ini tidak benar. Di pembahasan sebelumnya pun kita telah menjelaskan bagaimana Liu Biao bersikap hati-hati terhadap Liu Bei, sehingga tidaklah mungkin ia mau memberikan Jingzhou kepada Liu Bei. Bahkan Liu Biao sudah menetapkan Liu Cong sebagai pewarisnya.
Lalu mengapa bisa ada cerita Liu Biao menyerahkan Jingzhou kepada Liu Bei? Ada dua kemungkinan jawaban, pertama, Liu Bei berbohong. Ia mengatakan berita bohong mengenai Liu Biao menyerahkan Jingzhou kepadanya. Hal ini bukan berarti Liu Bei orang yang tidak berpekerti. Namun kita tahu bahwa saat itu Jingzhou sedang dalam kondisi genting, sedangkan ada sebagian tokoh Jingzhou yang tidak mau menyerah kepada Cao Cao. Liu Bei sadar ia harus memenangkan orang-orang ini, paling tidak memenangkan hati mereka. Jadi kita bisa anggap ini sebagai sebuah strategi politik dari Liu Bei. Kemungkin kedua, Liu Biao memang pernah mengucapkan perkataan tadi. Bagaimana bisa? Bukankah di atas kita sudah jelaskan bahwa Liu Biao tak mungkin menyerahkan Jingzhou kepada Liu Bei? Bisa, dengan catatan motivasi Liu Biao dalam hal ini adalah menguji Liu Bei.
Di saat ini, pasukan Cao Cao tiba. Liu Cong mengumpulkan para menterinya untuk berunding bagaimana menghadapi Cao Cao. Para menteri satu suara menyatakan menyerah kepada Cao Cao. Mereka semua sepakat tak akan bisa menang menghadapi Cao Cao. Yang paling meyakinkan Liu Cong adalah bawahannya yang bernama Fu Xun, yang mengatakan bahwa jika kita mengirim Liu Bei menghadapi Cao Cao, akan ada dua kemungkinan, pertama Liu Bei kalah, akibatnya kita pun dikuasai Cao Cao. Kemungkinan kedua, Liu Bei menang, saat itu masih maukah Liu Bei menjadi bawahan Anda? Maka Liu Cong pun menyerah.
Namun Liu Bei tidak tahu bahwa Liu Cong telah menyerah. Setelah menyerah, baru ia mengutus Song Zhong mengabari Liu Bei. Liu Bei kaget bukan kepalang. Liu Bei terpaksa lari dari Fancheng ke selatan. Dalam perjalanan ini, banyak rakyat yang mengikutinya. Saat ini, pasukan Cao Cao mengejar dengan kecepatan tinggi. Ada orang yang mengusulkan Liu Bei untuk meninggalkan rakyat itu, bergegas menuju Jiangling. Namun Liu Bei tidak setuju, ia hanya mengirim Guan Yu untuk membuka jalan menuju Jiangling lebih dulu. Waktu itu Liu Bei mengucapkan kalimat yang terkenal, yakni yi ren wei ben, di mana menguasai negara haruslah terlebih dulu memenangkan hati rakyatnya. Rakyat lah modal paling utama. Lalu mengapa penduduk itu mau mengikuti Liu Bei? Hal ini belum bisa kita jelaskan. Ada kemungkinan mereka takut dibunuh secara masal oleh Cao Cao.
Dengan kecepatan tinggi, dalam waktu singkat pasukan Cao Cao berhasil menyusul Liu Bei di lereng Changban. Sampai di sini, catatan sejarah tidak berbicara banyak. Hanya mencatat Liu Bei kehilangan istrinya, lalu bersama Zhao Yun, Zhang Fei dan Zhuge Liang lari tunggang langgang. Rakyat jelata dan kereta-kereta yang mengikutinya berhasil direbut oleh Cao Cao. Tetapi, di dalam Romance of the Three Kingdoms, situasi ini digambarkan dengan sangat menarik. Paling tidak ada dua adegan seru di dalamnya, yakni Zhao Yun berkuda sendirian menyelamatkan putra Liu Bei, serta Zhang Fei beraksi di lereng Changban. Dalam kenyataannya, memang istri dan putra Liu Bei, Liu Shan ditolong oleh Zhao Yun. Begitu juga dengan adegan Zhang Fei di Changban. Namun tentu dalam novelnya, dua kisah ini telah didramatisir sedemikian rupa.
Saat ini, Lu Su datang mengunjungi Liu Bei. Kita tahu strategi “Longzhong” versi Lu Su adalah membagi negara menjadi tiga, Cao Cao, Sun Quan dan Liu Biao. Kini Liu Biao telah tiada, keadaan akan berubah total. Dengan permusuhan antara Liu Qi dan Liu Cong, serta adanya Liu Bei di tengah-tengah mereka, keadaan ini memang perlu diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu, dengan alasan menyampaikan bela sungkawa kepada Liu Biao, Lu Su datang untuk mempelajari situasi. Jika Liu Qi, Liu Cong dan Liu Bei bersatu, maka kita harus membangun aliansi dengan mereka melawan Cao Cao. Jika mereka tidak akur, maka kita harus mencari kesempatan menduduki Jingzhou. Kira-kira beginilah pemahaman Lu Su. Sun Quan pun menyetujui Lu Su berangkat. Kita perlu tahu Sun Quan di sini membuat keputusan yang sulit. Karena bagi kubu Jiangdong, Liu Biao adalah musuh, karena ayah Sun Quan, Sun Jian dibunuh oleh bawahan Liu Biao, Huang Zu. Namun Sun Quan adalah seorang politikus piawai, dalam hal ini ia tak boleh membawa-bawa perasaan.
Lu Su bertemu Liu Bei di Changban. Lu Su mempersuasi Liu Bei untuk bergabung dengan kubu Sun Quan. Gayung bersambut, usulan Lu Su ini sangat cocok dengan rencana Longzhong Zhuge Liang yakni bersatu dengan Sun Quan melawan Cao Cao. Maka mereka pun menuju Xiakou. Cao Cao saat ini menuju ke selatan menduduki Jiangling. Cao Cao setelah menduduki Jiangling, tak mau berdiam diri, terus mengejar Liu Bei menuju Xiakou. Saat inilah Zhuge Liang dan Lu Su bersama-sama menuju Chaisang menemui Sun Quan. Bagaimana kelanjutannya? Kita nantikan pembahasan selanjutnya.
Apa Cao Cao adalah orang yang sangat kejam sampai-sampai rakyat dari kota Liu Bei pun bisa saja dibantai? Saya pikir Wei adalah negara dengan daerah yang cukup makmur dan rasanya tidak mungkin Cao cao akan membunuh massal mengingat ia juga cukup peduli pada rakyat? Apa yang spesial dari Liu hingga dia bisa diikuti dan dicintai rakyat sebegitu rupa padahal banyak pemimpin pada masa itu yang notabene mampu memimpin daerahnya.
Sekali lagi, ini hanya sebuah perkiraan. Prof. Yi sendiri tidak terlalu setuju dengan teori ini. Namun, membantai penduduk kota memang pernah dilakukan oleh Cao Cao sebelumnya. Tetapi apakah perintah membunuh penduduk kota ini datang dari Cao Cao sendiri, masih merupakan sebuah tanda tanya. Kapankah ini? Ketika Cao Cao menyerang Xuzhou untuk membalas dendam kematian ayahnya.
Mengapa rakyat itu mau mengikuti Liu Bei, sebenarnya tak ada yang tahu pasti sebabnya.