Warna Kuning dan Kaisar

Warna Kuning dan Kaisar

Pada zaman kuno, warna kuning sangat dipuja. Kuning sering dianggap sebagai lambang penguasa. Hal ini berawal dari konsep “jing tu” (menghormati tanah) kaum petani zaman dulu. Menurut aliran yinyang, kuning di dalam lima unsur adalah unsur tanah. Tanah ini adalah “tanah pusat” di dalam alam semesta. Diletakkan dalam lima unsur, “tanah sebagai yang dihormati”. Semenjak itu, konsep ini melebur dengan konsep penyatuan di dalam Ruisme, menganggap bahwa etnis Han sebagai unsur utama dalam pemerintahan dinasti yang bersatu, menjadi sebuah negara yang berada pada “tanah pusat”, sementara etnis yang lain merupakan “empat barbar” di sekitarnya. Dengan demikian “warna kuning” melalui tanah berhubungan maknanya dengan “legitimisme”, “penghormatan”, memberikan “justifikasi” kepada penguasa.

Ditambah lagi, pada zaman dahulu ada perkataan “naga berperang, darahnya kuning”. Penguasa menggunakan naga sebagai lambang, sehingga ia memiliki hubungan yang lebih erat lagi dengan warna kuning. Dengan demikian, kuning melambangkan kemuliaan penguasa, sesuatu yang suci. Pada dinasti Zhou, kapak kuning digunakan sebagai lambang kekuasaan. Setelah dinasti Sui, kaisar harus mengenakan jubah naga berwarna kuning. Warna kuning pun menjadi warna khas penguasa.

Diterjemahkan dari Chinese Language and Culture Education Online

There is 1 comment for this article

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *