“Gongshou” (拱手), juga disebut “gong” (拱), “zuoyi” (作揖). Merupakan tata…
Novel Dinasti Ming dan Qing
Dinasti Ming (1368-1644 M) dan Qing (1644-1911 M) merupakan masa berjayanya karya sastra berbentuk novel. Karya yang representatif meliputi Roman Tiga Negara, Tepi Air, Perjalanan ke Barat, Impian Paviliun Merah dan Kisah Aneh dari Liaozhai. Karya-karya ini terkenal di seluruh dunia, dan sering diangkat ke dalam bentuk film dan serial televisi, juga dalam bentuk buku.
Roman Tiga Negara adalah novel sejarah lengkap yang paling tua di Tiongkok. Penulisnya, Luo Guanzhong hidup pada akhir dinasti Yuan dan awal dinasti Ming. Novel ini ditulis berdasarkan catatan sejarah dan cerita-cerita tentang tiga negara yang beredar di masyarakat. Novel ini berfokus pada perseteruan militer dan politik antara negara-negara Wei, Shu dan Wu, yang merefleksikan pergolakan di masa itu. Di dalam novel, penulisnya berhasil menciptakan banyak karakter yang impresif dengan disposisi yang berbeda-beda, seperti Zhuge Liang, seorang ahli strategi yang jenius, Cao Cao yang licik, Guan Yu yang setia dan berani, Zhang Fei yang kasar dan ceroboh, dan sebagainya.
Tepi Air adalah novel tentang pemberontakan rakyat jelata. Penulisnya, Shi Nai’an, hidup pada akhir dinasti Yuan dan awal dinasti Ming. Shi menulis novel ini berdasarkan kisah-kisah yang populer tentang pemberontakan petani yang dipimpin oleh seorang bernama Song Jiang di akhir dinasti Song. Novel ini menceritakan jatuh bangunnya pemberontakan petani di wilayah Pegunungan Liangshan di propinsi Shandong, merefleksikan realita sosial mengenai pemberontakan rakyat sipil yang didorong oleh perlakuan tidak adil dari para pejabat. Novel ini berhasil menggambarkan 108 orang pemberontak dan menyanjung tindakan gigih mereka. Episode seperti “Wu Song Membunuh Harimau” dan “Lu Zhishen Mencabut Pohon Willow” masih hidup hingga kini.
Perjalanan ke Barat adalah novel mitologi yang terkenal. Penulisnya, Wu Cheng’en dari dinasti Ming menulis buku ini berdasarkan kisah Xuan Zang, seorang biksu dinasti Tang yang pergi ke India, menghadapi berbagai kesulitan, untuk mempelajari kitab suci Budha. Penulis novel ini menciptakan tokoh-tokoh sakti seperti Sun Wukong, Zhu Bajie dan Biksu Pasir yang mengawal dan melindungi biksu Budha itu dalam perjalanan ke barat. Mereka mengalahkan berbagai macam siluman selama perjalanan itu dan selamat dari 81 bencana dan akhirnya berhasil membawa pulang kitab suci. Sun Wukong pintar dan berani, dan sangat sakti. Ia sama sekali tidak takut berhadapan dengan para dewa maupun para siluman. Semangat melawan penindasan, seperti yang digambarkan dalam buku ini, sangat disukai pembacanya. Novel ini penuh dengan fantasi, yang menunjukkan imajinasi yang besar dari penulisnya. Novel ini selalu berpengaruh besar bagi orang Tionghoa.
Impian Paviliun Merah mungkin adalah novel Tionghoa klasik terbaik. Penulisnya Cao Xueqin dari dinasti Qing. Melalui romansa tragedi antara Jia Baoyu dari klan bangsawan dengan Lin Daiyu, novel ini memberikan gambaran sejarah klan feodal dari masa kejayaannya hingga kehancurannya. Ada lebih dari 400 karakter yang dideskripsikan dengan begitu hidup di novel ini, seperti Wang Xifeng, Xue Baochai dan Qing Wen. Dengan kisah yang mengagumkan dan bahasa yang luar biasa, Impian Paviliun Merah telah mencapai puncak karya sastra novel klasik Tionghoa, dan memiliki posisi yang penting dalam sejarah sastra dunia.
Kisah Aneh dari Liaozhai adalah kumpulan cerita pendek yang ditulis dalam bahasa Tionghoa klasik yang digunakan sebelum tahun 1919. Penulisnya, Pu Songling hidup pada dinasti Qing. Cerita-cerita dalam buku ini sangatlah hidup dan aneh, kebanyakan berhubungan dengan dunia roh, namun memiliki nada alegori yang kuat, misalnya Impian Serigala, yang menggambarkan semua pejabat sebagai serigala dan harimau yang memakan manusia. Xiang Yu, sementara itu, adalah kisah cinta antara seorang sarjana dan Dewi Peony. Melalui kisah-kisah seperti ini, penulisnya mengagungkan etika moral yang baik, mengekspresikan harapan dari generasi muda untuk dapat menikah dengan kebebasan, serta membongkar aib ketidakadilan masyarakat feodal, termasuk menghina pejabat korup. Kumpulan cerita ini dibaca banyak orang dan merupakan kumpulan cerita terbaik dalam bahasa Tionghoa klasik.
(Diterjemahkan dari Chinese Language and Culture Education Online)